Haloooo aku kembali lagi di sini❤️
***
Setelah kejadian dimana seorang putra pemilik sekolah menolong gadis cupu, sekolah menjadi gempar. Karena baru kali ini ada orang yang mau menolong gadis itu. Dan lebih gempar lagi saat lelaki yang menyandang nama Alzio itu melawan Anton.
Sekolah menjadi semakin gempar saat Sofia menyatakan di depan umum bahwa dia menyukai Alzio. Banyak yang berasumsi bahwa Sofia ke-baper-an, karena tidak mungkin jika Alzio menolongnya karena suka.
"ALZIO KESAYANGAN SOFIA! YUHUUUU!" Bahkan kini sifat pendiam, introvert, dan insecure -nya hilang seketika, digantikan oleh sifat ceria dan pemberani. Tentu disebabkan oleh Alzio. Pahlawan kesiangan itu telah berhasil mengubah sifat Sofia.
"Alzio!" Ia berlari ketika netranya melihat sosok Alzio yang akan masuk kelas.
"Al." Alzio menoleh malas saat Sofia memegang tangannya.
"Hehehe, pagi." Cengiran tak berdosa itu malah membuat Alzio muak.
"Mau ngapain?" Hanya aura dingin saja yang selalu Sofia dapatkan ketika ia ingin mendekati Alzio.
"Ini." Ia menyodorkan kotak bekalnya pada Alzio. "Buat kamu," imbuhnya.
"Ck." Decakan itu tidak membuat Sofia kecewa. Dia sudah terbiasa mendapat respons negatif. Seolah itu adalah makanan sehari-hari.
Dengan malas Alzio mengambil kotak bekal pemberiannya. tentu saja Sofia senang, karena selama seminggu ini Alzio tidak pernah menerima bekalnya, dan baru kali ini juga Alzio menerimanya meskipun ada raut malas saat menerimanya.
"Makan aja tuh sama lo." Ia menyemburkan isi bekalnya tepat di wajah Sofia. Refleks Sofia memejamkan matanya agar tidak kemasukan makanan yang telah Alzio buang tepat di wajahnya.
Sontak aksi Alzio menimbulkan banyak orang menahan tawa. Bahkan ada yang tak segan-segan tertawa terbahak-bahak membuat Sofia sendiri menyumpahi agar tersedak air liur. Napas dia tarik dalam-dalam, lalu dia embuskan guna meredakan emosi yang campur aduk, antara malu juga marah. Akan tetapi, Sofia tidak akan menyerah, dia akan terus berjuang demi mendapatkan hati seorang Alzio Fernest Elverne.
"Puas?" tanya Alzio sarkas. Sofia tersenyum seolah-olah dia puas akan permainan Alzio.
Alzio meninggalkan Sofia yang masih tersenyum manis. Gadis rapuh yang selalu berpura-pura kuat itu menatap punggung tegap Alzio yang sudah berbelok ke kelasnya. Mengapa kemarin Alzio masih dengan rela menolongnya? Dan sekarang malah lelaki itu yang menyakitinya. Apa salah Sofia? Di mana letak kesalahannya? Apa Sofia sememuakkan itu? Hingga dengan teganya Alzio menyakiti Sofia.
Teringat dengan sebuah mimpi yang ia rasakan tempo lalu ia memegang dada kirinya.
"Kak Soya. Apa benar dia yang kakak maksud? Dia enggak ada bedanya sama yang lain." Dia membatin.
"Ha ... ha ... " Tawa yang semakin menggelegar di koridor sekolah tidak menyadarkan Sofia yang tengah melamun.
Prang!
Sebuah cermin telah hancur lebur di hadapan Sofia. Sofia yang tadinya sedang merenung pun terlonjak kaget. Ia mengerjapkan matanya guna mengumpulkan kesadarannya. Hei, sudah berapa lama ia melamun?
"Yah ... kacanya pecah." Arabella yang ternyata empu melemparkan cermin memasang raut bersalahnya. Niat ingin menyuruh Sofia bercermin pun tidak jadi karena pecahnya cermin itu.
"Enggak jadi deh nyuruh lo ngacanya." Raut bersalah yang dibuat-buat itu tidak menggoyahkan Sofia.
"Kasihan banget, ya? Ditolak sama crush. Gimana ya rasanya?" Fani, salah satu sahabat Arabella berucap sembari memainkan rambut kebanggaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Diary
Ficção Adolescente"Gue tau lo suka sama gue! Tapi gue muak dengan cara lo yang selalu recokin kehidupan gue!" Perkataan pedas yang sangat menggores hati Sofia itu telah keluar dari mulut Alzio. "Mau lo ubah cara lo juga tetep aja, perasaan benci gua enggak akan perna...