Ify terbangun dengan kondisi kepala yang sudah lebih baik dari semalam. Suhu badannya juga sudah kembali normal seperti biasa. Tinggal hati dan perasaannya saja mungkin yang masih kacau.
Begitu mengaktifkan handphonenya subuh tadi, semua pesan dan panggilan tak terjawab masuk ke handphonenya. Semua dari Rio. Sayangnya dari semua itu tak ada satupun permintaan maaf dari Rio. Yang ia terima tetap bahasan mengenai "kebohongan" yang entah sebenarnya dilakukan oleh siapa.
Beberapa pesan Ify lewatkan dengan sengaja. Buat apa dibaca? Toh intinya semua sama. Membahas hal yang sama. Hanya pesan terakhir yang masuk ke handphonenya yang ia baca.From : Rio
Jadi sekarang kamu maunya gimana?Maunya gimana? Ify sendiri juga tidak tahu maunya apa dan gimana. Ia hanya ingin semua kesalahpahaman ini selesai. Tapi gimana mau selesai kalau Rio nya saja tetap tak percaya dengannya?
Send : Rio
Gatau. Terserah.
***
Ify mengambil sebuah air mineral botol dari kulkas kantin sekolahnya. Disakunya terasa getaran handphone miliknya, mungkin ada pesan masuk. Yah paling-paling juga dari Rio.
"Pak ini berapa?"
Baru saja Ify akan membayar, gadis itu melihat Rio masuk pintu kantin. Alih-alih melanjutkan, Rio yang juga ikut melihatnya malah membalikkan badannya dan keluar kantin. Membuat Ify lagi-lagi menghela nafasnya. Laki-laki itu menjauhinya.
"Ren, ambil nih hape gue. Balesin pesannya Rio. gue pusing" ujar Ify pada Rena. Diberikannya handphone itu pada Rena. Ia tak perduli lagi pada Rio. Biarlah, sekalipun mereka pada akhirnya "selesai" mungkin ini memang maunya Rio. Yang jelas dia sendiri tak pernah berbohong pada siapapun."Fy, Sori .. Rio minta .. " ucapan Rena terpotong. Sudah Ify duga Rio pasti akan minta putus. Ify mengangguk pelan sebelum Rena melanjutkan ucapannya. Biarlah .. biarlah pada akhirnya ia dan Rio berpisah. Mungkin ini memang sudah jalannya.
