CHAPTER 19

3.7K 226 37
                                    

Disebuah penginapan, terdapat tiga orang laki-laki yang tengah tertidur pulas, ada yang berada di atas ranjang, ada yang sembari duduk dengan menyender ke dinding dan ada juga yang di sofa.

Matahari mulai muncul malu-malu, dan memaparkan cahayanya. Salah satu diantara mereka, terbangun dari tidurnya karena cahaya matahari yang masuk melalui celah gordeng.

"Emm..." Bergerak tak nyaman karena mencoba untuk menghindari sinar yang mengenai wajahnya. Dengan terpaksa, ia membuka kelopak matanya.

"Hey, kalian. Bangun!!!" Ujar pemuda berambut merah —sasori— dengan nada datar

"Ugh... Kau sangat berisik." Lenguhan terdengar dari pemuda yang berada di ranjang —naruto— sesekali mengucek matanya yang terasa gatal

"Ini sudah siang, bodoh"

"Hey, kakizu. Bangun!!" Ucap Naruto pada kakuzu yang tengah tertidur dengan menyenderkan punggungnya pada dinding dan sesekali tersenyum entah kenapa membuat Naruto merinding

"Apa dia gila?!" Gumam Naruto

"Mungkin." Balas Sasori acuh kemudian mengalihkan pandangannya menatap keluar jendela, melihat kegiatan para penduduk desa dan beberapa Shinobi yang berlompatan di atap rumah warga

"Bangun kakuzu. Atau aku akan membakar semua uangmu!!" Naruto berbicara tepat di samping telinganya membuat kakuzu merasakan telinganya berdenyut.

"Aku, tidak takut ancaman mu. Karena uangku ada di tempat yang aman" ucapnya dengan seringai

"Terserah kau"

"Sekarang kita akan cari makan. Kalian bersiap lah" ujar Sasori memecahkan keheningan

"Hm/baiklah" balas Naruto dan kakuzu serentak

Sebelum mereka keluar, mereka merubah tampilannya dengan henge.

"Kita akan makan di mana?" Tanya kakuzu di tengah perjalanan

"Aku tau tempat makan yang enak di sini" balas Naruto kemudian kembali berjalan mendahului mereka

Sesampainya di tempat tujuan, mereka berhenti di depan sebuah kedai.

"Ramen? Apa enaknya" gumam kakuzu yang masih di dengar oleh Naruto membuat Naruto mendelik ke arah nya

"Menurutku, ramen adalah makanan paling enak karena ramen adalah makanan para dewa tau?!"

"Dewa? Apa maksudmu dewa yang di sembah oleh hidan? Dewa Jasin?!" Tanya kakuzu membuat Naruto kembali mendelik kearahnya

"Tentu," Naruto menggantungkan kalimatnya dan kembali berkata, "tidak!!" Lanjut nya dengan nada sedikit tinggi

"Kalian mau ribut, atau mau makan hah?" Gertakan Sasori membuat Naruto dan kakuzu menoleh ke arahnya

"Ah, baiklah ayo kita masuk" ajak kakuzu

..........

Setelah selesai memakan makanan mereka, mereka kembali ke penginapan karena jika mereka terlalu lama menggunakan henge akan menguras chakra.

"Kapan ujian chunin di laksanakan?" Tanya Naruto pada Sasori

"Lusa" balasnya singkat tanpa mengalihkan pandangannya

"Hm, begitu ya" gumam Naruto mengangguk-anggukan kepalanya paham

Susana kembali hening, sampai Naruto kembali membuka suara.

"Aku akan berkeliling, apa kau mau ikut?"

"Tidak tertarik" balas Sasori kemudian melangkahkan kakinya memasuki kamar

Sedangkan Naruto hanya berdiam diri dengan pandangan bingung menatap pintu bercat cokelat itu tertutup rapat. Ada apa dengannya? Pikir Naruto.

Ia mengedikkan bahunya acuh kemudian melenggang pergi meninggalkan penginapan dengan hengenya dan berkeliling di luar.

Kini, Naruto berada di dekat pinggiran sungai. Ia ingat, sungai ini adalah tempat pertama kalinya ia bertemu tengan teman satu timnya —sasuke— yang saat itu tengah termenung dan duduk di pinggir sungai.

'hey, apa kau tau? Uchiha terakhir itu keluar dari desa'

'aku juga mengetahui nya. Aku heran kenapa dia keluar desa?'

'entahlah, tetapi sekarang ia sudah menjadi penghianat desa bukan? Seperti Naruto"

'hah, sudahlah aku akan pulang. Anak ku pasti mencari ku'

Naruto terdiam sejenak mencerna perkataan yang di lontarkan penduduk desa tadi. Sasuke keluar desa? Ah... Sepertinya ia tau. Pasti ia akan mencari Itachi dan balas dendam.

"Cih, bodoh. Pelakunya yang bersalah ada di desa ini. Kenapa dia malah mengejar yang tidak pasti"

Setelah merasa sudah sore, ia melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu dan kembali ke penginapan

.........

"Dari mana saja kau Naruto?" Tanya kakuzu menatap tajam Naruto. Seperti seorang ibu tiri yang bersiap menyiksa anaknya tirinya.

"Aku? Eh... Yah, aku hanya berjalan-jalan sebentar" ujar Naruto sedikit tersentak karena sibuk memikirkan kejadian tadi

"Tapi kau tidak memberi tahuku" ujarnya membuat Naruto jijik

"Sudahlah, kau ini seperti seorang wanita yang takut di selingkuhi suaminya" ucap Naruto asal

"Enak saja, aku ini khawatir padamu bodoh." Ucap kakuzu setelah menjitak kepala Naruto

"Adow...hey, sakit tau"

"Gitu saja sakit. Lain kali jika kau ingin pergi bicara dulu padaku. Karena kau sudah kuanggap adik sendiri" ujar kakuzu membuat Naruto mematung di tempatnya

"Adik?" Gumamnya

"Sudahlah ayo, masuk!!" Perintahnya

.
.
.
TBC
.
.
.
.

Hay!! Maaf baru up mina^^
Chapter nya dikit ya? Hehehe soalnya aku bingung mikirin alurnya, jadi ya gitu deh^^

Jangan lupa vote komen and follow
Tinggalkan jejak!!!

Jaa👋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Uzumaki NarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang