A

5.7K 360 10
                                    

Happy Reading!!
.

.

.

.

.

Saat ini, Alana dan kedua curutnya yang tak lain adalah Lesya dan Kelia, sedang makan dengan khidmad di kantin sekolah. Hanya terdengar suara berisik di sekitarnya. Memang, mereka membuat peraturan tak tertulis, tak ada yang boleh bicara saat sedang makan. Kecuali mendesak tentunya.
Tapi jika mereka ghibah juga tak luput dari camilan. Hanya ketika makan malanan berat saja.

"Eh, katanya sekolah kita bakal tanding basket di SMA Merah Putih," Kelia memulai acara menggosipnya setelah meteka selesai makan.

"Oh ya? Lumayan jauh gak sih dari sini?" Tanya Lesya memastikan.

"Iya, sekitar 1 jam an lah. Tapi gak cuma sekolah ini, ada 3 sekolah terbaik lainnya. Dan tahun ini, SMA MP jadi tuan rumah," jawab Kelia heboh. "Di sana juga banyak cogan anjir!"

"Cogan mulu otak lo!" timpal Alana

"Ekhem! Itu foto foto cogan sama pemandangan perut kotak kotak di ponsel lo itu apa ya?" tanya Lesya yang terdengar seperti menyindir.

Alana cengenesan. Namun detik berikutnya ia seakan menyadari sesuatu yang menghentikan raut wajah konyolnya dan mendelik. "Lo tau dari mana asw?!"

"Yeee ngegas ae lo! Gue gak gak sengaja liat pas lo tiba tiba pergi ke toilet dan Hp lo kebuka. Yaudah, karena jiwa kekepoan gue memberontak, gue buka deh. Tapi gue cuma buka galeri doang kok. Ck ck ck! Bahkan foto abang lo gak pake baju aja ada. Dan dari angel nya, kek nya lo nge fotonya diam diam," jelas Lesya panjang lebar.

Alana meringis karena fakta yang ia sembunyikan pun terkuak. Sedangkan Kelia yang sedikit terkejut mendengar banyak foto cogan dan Abs di galeri Alana, semakin melongo saat kata 'Bahkan foto abang lo gak pake baju aja ada' keluar dari mulut Lesya.

"Gilak! Gak nyangka gue Na," ucap Keila. "Eh minta foto abang-"

"Gak! Gak boleh!" Alana yang sudah menebak isi pikiran Kelia pun memotong ucapannya dengan tegas.

"Aisshh"

"

Oh iya, kapan tanding antar sekolahnya?" kini Alana bertanya tentang pertandingan yang sebelumnya menjadi topik utama. Yeah, sekalian mengalihkan topik tentang foto cogan di galeri ponsel Alana.

"Bulan depan. Eh berarti bang Allan ikut tanding dong?!" Alana memutar bola matanya jengah saat mendengar penuturan Kelia yang kembali membahas abangnya. Lesya hanya terkekeh.

"Dasar maniak bang Allan," gumam Alana namun dapat didengar kedua sahabatnya.

Kelia mengerucutkan bibirnya.

"Gak boleh gitu sama calon kakak ipar," ujar Lesya dengan nada mengejek. Sengaja menyindir sahabatnya itu.

"Ogah gue," sahut Alana, membuat Kelia semakin kesal. Sontak Alana dan Lesya tertawa.

Seperti itulah kebahagian Alana. Sederhana namun membahagiakan. Bersama kedua orang yang sangat disayanginya dan juga abangnya sudah membuat hidupnya berwarna.

Walau terkadang ia merindukan kasih sayang kedua Orang tuanya.

🐱🐱🐱

"Jamuran gue lama lama," gerutu Alzna yang saat ini menunggu Allan di parkiran. Tepatnya di samping motor ninja milik Alan.

Jika kalian bertanya dari mana asal motor itu, sedangkan mereka hanya dari keluarga sederhana, jawabannya adalah hasil ia menabung sejak SD. Memang Allan pandai menabung dan tak ada yang tahu selain dirinya dan tuhan tentunya.

Hingga saat sehari sebelum ia mendengar kabar bahwa orang tuanya meninggal, ia telah membeli motor ninja berwarna biru tua.

Bukan tanpa alasan ia membeli motor ninja. Allan menyukai dunia balapan. Biasanya sebelum memiliki membeli motornya sendiri, ia ikut teman temannya ke arena dan menggunakan motor milik salah satu temannya untuk bertanding. Dan jika menang hasilnya akan dibagi 2 dengan pemilik motor. Allan akan mengambil 75% dan sisanya ke temannya yang meminjamkannya motor. Uang tersebut ia tabung hingga terkumpul dan membuatnya dapat memiliki motor sendiri.

Alana yang mengetahui itu pun merengek ikut ke arena jika Allan ke sana. Dan ia pun ikut ikutan hingga menjadi pembalap handal yang menyamai Allan.

Back...

Alana melihat Allan yang berjalan ke arahnya dengan raut wajah sedikit gelisah. Dan Alana menyadari itu. Ia yang tadinya ingin mengomel pun diurungkannya.

"Napa bang?" tanya Alana saat Allan berada di hadapannya sambil memasang helm di kepalanya.

"Gak tau. Perasaan abang agak nggak enak,
."

"Yaudah berdo'a aja semoga gak ada apa apa."

Allan mengangguk.

Allan melajukan motornya dengan kecepatan rata rata. Entah kenapa, cuaca yang tadinya cerah tiba tiba mendung. Disusul hujan yang juga dengan tiba tiba turun deras. Saat di pertigaan, Allan hendak membelokan motornya ke arah kiri guna mencari halte atau tempat berteduh sementara. Namun naas, terlihat dari arah sisi kanan sebuah truk melaju dengan cepat hingga menabrak mereka dari belakang. Membuat motor Allan terpental, begitupun si pengendara.

Allan terjatuh di sisi kanan, sedangkan Alana berada di sebrangnya. Sebenarnya luka mereka tak begitu parah, karena memang sisi kanan dan kiri jalan adalah taman. Sehingga mereka jatuh di rerumputan. Mungkin Dewi Fortuna tak memihaknya, Alana yang hendak menyebrang hanya memerhatikan Allan, tertabrak mobil yang tiba tiba datang dan melaju dengan cepat.

Brak
.
.
.
Bhuk

Di sana, di tengah jalan, Alana tergeletak tak sadarkan diri dengan seragam putihnya yang kini hampir seluruhnya menjadi warna merah.

Sedangkan Allan yang tadinya hendak melarang Alana menyebrang, melihat kejadian itu sangat  terkejut hingga pikirannya kosong. Lidahnya tiba tiba kelu. Bibirnya bergetar. Saat beberapa orang mengerumuni adiknya ia segera tersadar.

"Alana," gumam Allan seraya bangkit dan berlari dengan sedikit terseok sek ke tempat di mana Alana berada.

"MINGGIR!" teriaknya membelab kerumunan. Ia melihat keadaan adiknya dengan mata berkaca kaca.

"ALANA! BANGUN DEK! ALANAAA! Alaa.."

Bruk

Allan pun pingsan. Yang ditangkap di indra pendengaran teakhir sebelum tak sadarkan diri adalah sang adik masih hidup. Lalu suara ambulan. Kemudia...

Gelap!

.

.

.

.

.

🐱🐱🐱

Jangan lupa vote dan comment. Biar semangat nulisnya.☺

121220

Salam manis💚

Transmigrasi Alana Fracellia (HIATUS-liburan Fix No Debat!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang