t w e l v e

2K 337 425
                                    

Chapter 12 : Cursed
4139 words

"Oh, kau sudah di sini rupanya."

Aku tetap menunduk dan meletakan mulutku pada ujung mangkuk sereal—sedikit-sedikit menyuapkannya pakai sendok, dengan tangan lainnya yang menahan rambutku agar tidak jatuh ke dalam mangkuk.

Melihat itu Fred terkekeh di sampingku, sebelum ia meraih mangkuk serealnya dan mulai menyuapiku seperti selama dua hari ke belakang, Fred kembali bangkit dari duduknya kemudian berdiri di belakangku.

"Sini biar aku ikat rambutmu.." Katanya sambil mulai meraih helaian rambut yang memang agak menyusahkanku.

Aku diam seraya merasakan jari-jarinya yang menyapu wajahku—memastikan kalau masih ada rambut yang belum terbawa. Tangannya besar sekali.. "Ikat rambutnya di mana [Name]?" Tanya Fred. Ku tunjuk saku kecil di tasku, George langsung meraihnya dan merogoh saku kecil itu.

Selama Fred asyik mengikat rambutku yang baru aku tahu dia bisa melakukannya, George memperhatikanku dengan pandangan menilai. Ia meletakan jari jempol dan telunjuknya di dagu, lalu berkata. "Boleh juga kemampuanmu Fred,"

Fred tersenyum bangga, lalu kembali duduk di sampingku. "Coba lihat sini [Name]," Aku menoleh padanya seraya tersenyum. Fred memalingkan muka sebentar, menggumamkan sesuatu semacam "Sial," dan kembali memandangku dengan sisa rona pada pipinya.

"Hm, tidak buruk untuk satu kali percobaan. Kau tetap.. lucu," Ucap Fred, meraih mangkuk serealku. Dan mulai menyuapiku dengan riang gembira.

"Oh ya, aku hampir lupa." George menegak jus jeruknya, "Kami sudah mengirim surat yang waktu itu kita tulis di rumah. Kemarin malam sih, maaf tidak mengajakmu."

"Begitu?"

"Yep," Timpal Fred, melahap sereal miliknya. "Habisnya kami tidak bisa masuk kamar perempuan tanpa alasan yang jelas. Ini 'kan, rahasia kita bertiga."

"Pakai Pasta? Dia tidak manja 'kan?" Tanyaku. "Tidak,"

"Kami tidak pakai Pasta. Tapi pakai... siapa nama burung hantu ayahmu yang kau perlihatkan waktu itu [Name]? Saat di rumahmu... Ah, Mowf. Dia ada di sini lho," Jelas Fred agak terkejut.

"Benarkah?" Aku melamun memperhatikan meja, "Bukan 'kah seharusnya ia senang tak perlu berbagi kandang dengan Pasta di rumah?" Gumamku pelan.

"Entahlah, Burung itu tiba-tiba hinggap di pundakku, dan menyodorkan kakinya seolah menyuruh kami mengikat suratnya di sana. Jadi ya, ku lakukan saja." Ucap George manggut-manggut.

"Paling Mowf hanya rindu menjadi sibuk mengirim surat seperti yang selalu Ayah lakukan padanya." Aku mengangkat bahu, membuka mulut untuk melahap suapan dari Fred. "Kapan kira-kira Bagman akan membalasnya?"

"Harus secepat mungkin. Sebenarnya aku tidak perlu jawabannya, tapi aku perlu uangnya. Cukup balas dengan uangnya saja, dan yeah! Masalah selesai!" Seru Fred agak marah. Ia membanting sendok ke dalam mangkuk, sehingga susunya terciprat padaku.

"Oh tidak, maaf [Name].." Katanya seraya mengusap pipiku.

"Paling tiga hari pun harusnya sudah terbalas. Kita lihat saja," Timpal George yang sedari tadi hanya diam memperhatikan kami.

Namun kami belum mendapat balasan dari Bagman lebih dari tiga hari. Jika terlambat satu hari tak apa, tapi ini lebih parah. Seminggu kemudian, Mowf baru kembali tanpa membawa apapun di kakinya.

Itu sama sekali tidak normal. Mowf pergi dalam waktu yang lama sekali tanpa membawa apa-apa kecuali tatapan sombongnya. Artinya sudah jelas Bagman mengabaikan surat kami, dan itu tidak baik-baik saja.

Harry Potter and The Goblet of Fire X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang