f i v e

2.6K 423 94
                                    

Chapter 5 : The World Cup
3882 words

"Aku mau topi ini,"

Ku tunjuk sebuah topi kerucut hijau dengan shamrock yang menari-nari, sementara si Pedagang yang tampak tidak terlalu tua itu tersenyum hangat—matanya memandang kemana jari telunjuk-ku mengarah.

"Oh! Irlandia! Kau sedang beruntung hari ini, Nona." Katanya sambil mengambilkan topi itu, lalu memberikannya padaku.

"Yang benar?" Aku bertanya. "Ya! Jika kau membeli satu daganganku, kau akan mendapat satu bonus gratis dengan benda yang sama. Katakan saja, beli satu gratis satu, untuk setiap barang."

Senyum gembira terukir di wajahku. "Oke, aku beli ini. Dan aku mau mawar hijaunya juga." Ucapku sembari menyimpan semua belanjaanku ke dalam tas jinjing, dan mengambil kembalian yang ada di tangan Si Pedagang.

"Terima kasih!"

Setelah membayar 4 souvenir dengan setengah harga, aku tidak langsung pulang ke tenda. Karena Cedric yang entah muncul kapan dan darimana, menghampiriku dengan benda yang sama dengan souvenirku di tangannya.

"Eh [Name]," Sapanya dengan senyum yang sudah pasti tersungging pada wajah tampannya. "Oh hai Ced, belanja juga?"

Cedric mengangguk sekali, dia menarikku menepi—agar tidak menghalangi jalan untuk orang-orang. "Aku sengaja ke sini untuk mencarimu."

"Oh—kau merindukanku ya? Mau pinjam tanganku lagi?" Tanyaku sekenanya seraya menjulurkan tanganku padanya. Barangkali Cedric merasakan apa yang aku katakan, aku tak pernah tahu.

"Oh, bukan-bukan.." Balasnya canggung sementara aku menarik kembali tanganku. "Aku ke sini untuk memberimu ini.."

Cedric memberiku sebuah topi kerucut hijau dengan shamrock menari-nari. Ya—benda yang sama dengan yang aku beli tadi. Segera saja aku menyembunyikan kantong belanjaanku agar tak terlihat oleh Cedric.

"Wah! Ini bagus sekali Ced, Terima Kasih banyak!" Aku mengambil topi itu dari tangannya, dan langsung aku pakai.

"Bukan hal besar, kalau begitu aku kembali ke tendaku [Name]. Sampai jumpa." Sebelum Cedric pergi, tangan itu meraih tanganku dan mengusapnya dengan ibu jari.

Refleks—entah itu sebagai pertahanan atau apa, aku jadi agak berjengit dan mundur sedikit sekali. Kemudian Cedric pergi.

Sepulangnya dari tempat souvenir, aku kembali ke tenda. Langsung disambut Si Kembar yang memang tidak aku ajak. Bukan apa-apa, tapi coba ingat lagi—kalau aku berbelanja di depan mereka yang uangnya sudah habis dipakai taruhan, apa rasanya akan enak?

Tentu tidak, termasuk jika aku sengaja menraktir mereka. Aku takut salah satunya, atau keduanya merasa tersindir karena aku tahu mereka tidak punya uang. Dan aku tidak mau itu terjadi.

"[Name]! Kukira kau diculik atau semacamnya!" Pekik Fred yang langsung menghampiriku.

Aku tertawa, "Aku tak yakin ada yang mau menculikku, Freddie." George tersedak disebelah kakaknya. "Lalu darimana saja kau?"

"Habis jalan-jalan. Aku sedang beruntung hari ini," Mereka mengajakku untuk masuk ke tenda utama dan duduk di atas kursi dengan tutup rajutan. "Whoa kau punya banyak sekali topi!"

Fred mengambil salah satu topi shamrock yang tak sengaja terjatuh dari dalam tasnya. "Aku membeli satu buah dari pedagang di depan sana tadi, lalu dia bilang aku bisa dapat satu gratis satu."

Aku mengobrak-abrik tas gandongku untuk mencari sesuatu.

"Lalu kenapa topinya ada tiga, bukannya empat?" George bertanya. "Karena Cedric memberikan ini padaku."

Harry Potter and The Goblet of Fire X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang