t e n

2.2K 392 374
                                    

Chapter 10 : back to Hogwarts!
3722 words

"Kau sudah menyiapkan gaunmu [Name]?" 

Hermione tengah memeriksa koper miliknya untuk yang ketiga kali. Dia memiliki banyak sekali perkamen kosong yang katanya mungkin saja masih belum cukup untuk jawaban soal essai. Sebelum ia menutup kopernya, aku dapat melihat sebuah pakaian berwarna biru—barangkali itu gaun miliknya.

"Aku membawa satu dari rumah setelah melihat jika gaun ada di daftar peralatan." Jawabku saat Ginny menghela nafas di atas kasurnya. "Lalu menurut kalian, Hogwarts akan mengadakan pesta dansa?"

"Aku rasa begitu," Timpal Hermione seraya menutup kopernya.

"Semacam acara besar akan datang ke sekolah sepertinya. Aku cuma tidak yakin kalau Hogwarts sengaja mengadakan pesta dansa tanpa alasan." Ginny tertawa sebentar, lalu kembali berbicara.

"Bayangkan saja jika Snape berdansa dengan Profesor Mcgonagall," Ia bangkit lalu memeragakan wajah Snape semirip mungkin, sembari mengayunkan tangan menirukan tarian dansa. Semuanya tertawa, termasuk Ginny sendiri.

"Ya.. kalau bisa, aku akan mengajak Harry nanti." Aku memandang Ginny kelewat datar, Hermione mengembangkan senyum di wajahnya. "Tapi tidak tahu tuh, bisa saja keburu ada orang lain yang mengajakku."

"Kau sudah terpikir ingin pergi bersama siapa, [Name]?" Aku melamun, menjawab pertanyaan Ginny dengan muka kosong. "Aku tidak bisa berdansa," Kataku pelan.

"Ah ya, ya, bagaimana mungkin aku lupa" Ginny menggeleng kecil sambil tertawa jahil. "Sebenarnya kau tidak usah khawatir sih. Fred pandai berdansa lho, dia pasti akan mengajarimu. Atau—oh! Dia akan mengajakmu untuk menjadi pasangannya!" Hermione dan Ginny terkikik.

"Aku tidak tahu kalau Fred bisa berdansa," Ucapku tanpa menampakan keterjutan. Hermione dan Ginny berhenti tertawa—keduanya langsung saling tatap tidak percaya, sementara aku tetap memperhatikan mereka.

"[Name], bukan itu poinnya.. ah sudahlah. Bagaimana denganmu Hermione? Sudah terbayang siapa yang akan menjadi pangeranmu nanti?"

"Belum," Hermione mendadak gugup. "Yang benar? Masa tidak ada sih? Ah, bisa jadi Ron mungkin?" Balas Ginny asal-asalan.

Tapi Hermione malah memalingkan muka. Wajahnya menjadi agak merah, kemudian saat aku menoleh pada Ginny—gadis itu pun kembali berbaring, menatap langit-langit kamar. Melamun, seolah membayangkan sesuatu yang luar biasa.

Aku memandang mereka bergantian, tapi keduanya tetap sibuk dengan pikirannya masing-masing. Aku menunduk, memperhatikan koperku yang terbuka—menampakan tumpukan baju dan peralatan sekolah, termasuk gaun yang aku bawa.

Sekali lagi, ku alihkan pandangan menuju teman sekamarku. "Apa kalian baik-baik saja?" Tanyaku setelah mendapati ekspreksi yang sama dengan terakhir kali kami membicarakan pesta dansa.

"Haloo?" Kataku sekali lagi, namun tetap saja—tidak ada yang menyahut.

○●○

Aku mengambil alih kegiatan Nyonya Weasley ketika kepala Amos Diggory muncul dari perapian. Mengatakan kalau ia harus mengobrol dengan Mr. Weasley. Meski terdapat lidah api yang menjilat-jilat telinganya, hal itu sama sekali tidak membuat Mr. Diggory kepanasan. Ia tetap menunggu dengan sabar.

Sesaat, dia cuma melihat-lihat ke sekitar dengan wajah tegang sambil menunggu Nyonya Weasley memanggilkan suaminya untuk turun, dan berbicara bersamanya. Kemudian, kepala itu menengok kepadaku yang sibuk memotong beberapa roti untuk dipanggang.

"Oh! Selamat pagi [Name], aku tidak melihatmu." Katanya ramah. Ketegangan di wajahnya seketika sirna.

"Selamat Pagi Mr. Diggory, bagaimana kabar Anda?" Balasku menengok sebentar, lalu mulai memanggang potongan-potongan rotinya. "Baik, baik sekali. Ah, Cedric pasti akan iri pada ayahnya karena ditanya kabar olehmu." Ia terkekeh-kekeh, dan kembali bersuara.

Harry Potter and The Goblet of Fire X ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang