Dua

2K 80 1
                                    

Sedetik kemudian, Chanyeol menyesali pertanyaannya karena mendapati aura dingin yang melingkupi mereka berdua. Bahkan lebih membekukan dari dinginnya angin malam yang berembus melewati balkon kamar. Wajah Aeris yang tadi diisi dengan berbagai ekspresi kini hanya tersisa raut wajah datar.

"I'm sorry, Ai. You know, I didn't mean to ...."

"It's okay, Yeol. No probs." Aeris menghabiskan segelas wine dalam satu kali teguk lalu menenteng tas selempangnya. "Sepertinya aku harus pergi sekarang."

Chanyeol membiarkan Aeris meninggalkan apartemennya tanpa berniat mencegah karena dia tahu Aeris saat ini tidak butuh kata maaf atau pun penyesalan darinya. Biarkan Aeris sendiri. Just it.

"Seharusnya kau bisa mengendalikan mulut berengsekmu, Yeol." Chanyeol menyambar kunci mobilnya yang tergeletak di meja kecil samping tempat tidur. Dia akan mengantar Aeris pulang karena gadis itu minum lumayan banyak. Semoga saja Aeris belum pergi terlalu jauh.

"Aku antar kau pulang." Aeris mengerutkan dahi karena Chanyeol tiba-tiba meraih pergelangan tangannya saat ingin membuka pintu mobil.

"Kau tidak perlu mengantarku, Chanyeol." Aeris berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Chanyeol, tapi lelaki berwajah tampan itu malah menariknya menuju range rover yang terpakir paling ujung. Mobil Chanyeol.

Aeris pun tidak melawan karena menyadari jika sedikit mabuk. Gadis itu mendadak lebih banyak diam selama di mobil. Pertanyaan Chanyeol beberapa menit lalu berhasil membuka luka lama yang sudah susah payah dia kubur dalam-dalam.

Tiga tahun lalu Aeris berencana menikah dengan kekasihnya yang dia kencani sejak SMA. Undangan, gaun, cincin, catering, bahkan gedung untuk resepsi semua sudah siap. Aeris sangat tidak sabar menunggu hari bahagia itu tiba. Namun, sang kekasih malah menghilang di hari pernikahan mereka tanpa memberi kabar. Meninggalkan Aeris yang nyaris kehilangan akal karena menunggunya yang tidak kunjung datang. Marah, kecewa, dan sedih semua bercampur menjadi satu. Aeris telah membuat keluarga besar Wijaya malu. Terutama sang ayah dan ibu.

Sebulan kemudian Aeris mendengar kabar jika sang mantan kekasih telah menikahi seorang gadis yang sedang mengandung anaknya. Aeris tidak tahu harus bersikap bagaimana. Di satu sisi dia merasa bersyukur tidak jadi menikah dengan lelaki berengsek seperti Suho. Tapi di lain sisi dia juga merasa sedih atas pengkhianatan yang telah Suho lakukan. Perasaan Aeris pada Suho begitu tulus hingga membuatnya sulit membuka hati untuk lelaki lain, tapi Suho malah tega selingkuh dengan sahabat baiknya sendiri. Aeris benar-benar kecewa. Sejak saat itu dia memilih menutup pintu hatinya rapat-rapat.

"Kita sampai."

Suara husky Chanyeol menyadarkan Aeris dari lamunan. Gadis itu melihat sekitar seperti orang bodoh karena Chanyeol menghentikan mobilnya tepat di depan warung lesehan yang berada di pinggir jalan.

"Aku rasa kau belum terlalu tua, Chanyeol. Apa kau lupa alamat apartemenku?"

Chanyeol menggeleng. "Aku lapar karena belum makan dari tadi siang. Mau menemaniku makan sebentar?

Aeris menghela napas panjang, melepas sabuk pengaman lalu turun dari mobil. Percuma saja dia menolak karena Chanyeol akan terus meminta ditemani makan.

Chanyeol tersenyum tipis. Sangat tipis dan nyaris tidak terlihat, dia merasa senang karena Aeris mau menerima ajakannya. Dia pun segera turun dan menyusul Aeris yang sudah duduk di dalam.

"Mau pesan apa, Mas? Apa seperti biasa?"

Chanyeol mengangguk. Si penjual memang sudah tahu makanan yang selalu Chanyeol pesan ketika datang. Sepiring nasi uduk lengkap dengan ayam goreng kremes, lalapan, dan sambal. Chanyeol tidak pernah malu, bahkan sering makan di pinggir jalan meskipun punya banyak uang.

Friends With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang