Awal

3.5K 108 4
                                    

Aeris terus mengarahkan lensa kameranya ke seorang model wanita yang ada di hadapannya. Berbagai pose model cantik itu tidak ada yang luput dari bidikan lensa kameranya. Kemampuan fotografi gadis berusia dua puluh lima tahun tersebut memang tidak diragukan lagi. Selain bekerja sebagai fotografer tetap di sebuah majalah, Aeris terkadang mengambil pekerjaan lain. Menjadi tukang foto di acara pernikahan, prewedding, atau ulang tahun. Apa pun akan Aeris lakukan agar uang tabungannya bisa bertambah.

Setelah melakukan pemotretan dengan tema vintage, mereka akan melanjutkan pemotretan dengan tema klasik. Aeris pun menyempatkan diri untuk makan sambil menunggu sang model selesai berganti pakaian.

"Mie instan terus? Apa tidak ada makanan lain yang lebih menyehatkan?"

Aeris melirik lelaki yang berdiri di sebelahnya tanpa minat. Pertanyaan pemilik majalah sekaligus pemimpin redaksi itu tidak akan bisa membuatnya berhenti makan mie instan. Selain karena praktis, Aeris juga tidak begitu suka makan nasi.

Lelaki pemilik hidung bangir itu menghela napas panjang karena Aeris mengabaikan ucapannya. "Aku sedang bertanya padamu, Aeris Calista Wijaya."

"Maaf, saya kira Bapak sedang bicara dengan orang lain."

Lagi-lagi lelaki itu menghela napas. Dia tidak suka dipanggil bapak meskipun jabatannya lebih tinggi dari Aeris. Apa dia terlihat setua itu? "Sudah berapa kali aku katakan, jangan panggil aku bapak saat kita sedang berdua," tekannya.

"Maaf, Pak," sahut Aeris mengabaikan wajah kesal atasan sekaligus temannya semasa SMA.

Sehun mendengkus. Padahal dia baru saja mengingatkan, tapi Aeris kembali memanggil bapak. Menyebalkan! Meskipun Aeris selalu membuatnya kesal, tapi entah kenapa dia tidak pernah bisa marah pada gadis itu.

"Apa kau bisa bersikap lebih biasa padaku? Kita kan, teman."

Teman? Benarkah mereka teman? Sebenarnya Sehun ingin hubungan mereka lebih dari sekadar teman, tapi Aeris sepertinya tidak pernah menaruh rasa pada dirinya.

"Saya sedang bekerja, jadi harus bersikap formal, Pak."

Bapak lagi? Telinga Sehun terasa panas mendengar panggilan tersebut. Apa yang harus dia lakukan agar Aeris mau berhenti memanggil bapak? Mengancam akan memberhentikan gadis itu secara paksa?

Sehun tidak akan mampu mengusir Aeris dari perusahaannya karena kerja gadis itu sangat bagus. Lagi pula dia tidak bisa jauh-jauh dari gadis berambut cokelat itu.

Lima menit kemudian, sang model sudah selesai berganti pakaian. Aeris pun cepat-cepat menyelesaikan makannya karena harus melanjutkan pemotretan. Dia menggunakan lensa jenis tele karena ingin fokus pada kecantikan sang model.

"Apa sudah siap semua, Kai?"

Asisten Aeris itu mengangkat dua jempol ke atas untuk memberi tahu jika lampu tambahan, backgroud, juga tripod semua sudah siap. Sehun tanpa sadar tersenyum karena kerja team Aeris sangat cekatan dan hasilnya selalu memuaskan.

Saat sedang asyik bekerja, ponsel Aeris yang berada di dalam saku celana bergetar karena ada sebuah pesan masuk.

Dari Chanyeol:
[Ai...]

Tanpa berpikir dua kali Aeris menyuruh Kai untuk melanjutkan pekerjaannya karena dia ingin menemui Chanyeol.

"Kau mau pergi ke mana?" Sehun mencekal pergelangan tangan Aeris.

"Saya ada urusan."

"Apa urusan itu sangat penting sampai-sampai kau meninggalkan pekerjaanmu?"

Aeris menatap Sehun lekat. Terlihat jelas sekali lelaki itu tidak suka dia meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Tapi Aeris benar-benar tidak peduli, bahkan jikalau Sehun akan memecatnya setelah ini karena Chanyeol jauh lebih penting. Aeris yakin sekali kondisi friends with benefitnya itu sedang tidak baik-baik saja.

"Iya," jawabnya.

Sehun tertegun melihat kesungguhan yang terpancar dari sepasang mata zamrud milik Aeris. Tanpa banyak kata akhirnya dia membiarkan gadis itu pergi.

--oOOo--

Friends With BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang