Ditulis di Instagram oleh rhmh.slmfjr
***
Namanya Jon. Lelaki dalam balutan kaus singlet putih yang sedikit memudar itu. Ia terkenal seantero komplek sebab perangainya yang sangat supel. Masuk ke pembicaraan anak-anak, ia nyambung. Masuk ke pembicaraan emak-emak, ia nyambung. Apalagi masuk ke pembicaraan bapak-bapak. Jon ahlinya. Bahkan ia gemar sekali melontarkan jokes ala bapak-bapak. Sebab katanya, memiliki keahlian dalam hal itu merupakan pertanda bahwa ia telah siap untuk menjadi bapak-bapak.
"Tong, kasihan ya," ucap Jon kepada sang adik. Mengambil duduk di sisi bocah yang tengah memainkan game itu.
"Kasihan sama siapa, Bang?"
"Jari. Karena nggak punya bapak. Kasihan, 'kan?"
"Hah?"
"Kan cuma ada ibu jari. Bapak jarinya nggak ada."
Langsunglah sang adik memasang wajah datar. "Dahlah, Bang. Males," ucapnya berlalu pergi. Meninggalkan Jon yang sudah tertawa terpingkal-pingkal sedari tadi.
Ya, begitulah seorang Jon.
Pada hari yang sangat terik, Jon berjalan seorang diri di sekitar komplek. Niatnya ingin menemui rekan seperjuangan di blok sebelah. Namun, niat itu berbelok ketika dilihatnya ada sekumpulan anak yang tengah memanjat pohon mangga. Sepertinya, bocah-bocah ingusan itu saling bekerja sama mencuri mangga segar milik tetangga. Menyadari hal itu, Jon tentu tak akan tinggal diam. Bergegas lelaki itu mendekat.
"Woi!" seru Jon yang seketika membuat sekumpulan anak itu kicep. Wajah mereka seperti bersiap akan menangis kala mendapati wajah garang empunya Jon.
"Ngapain?! Mau nyolong mangga orang, hah?! Turun!"
Ada lima bocah yang tertangkap basah mencuri mangga. Tiga di antara bocah itu menangis kejer. Sembari terus mengungkapkan maaf dan memohon supaya Jon tidak melaporkan perbuatan salah mereka kepada pemilik pohon mangga dan orang tua masing-masing. Bahkan, satu di antaranya berceletuk takut masuk penjara. Begitu polosnya.
"Dah! Pulang sana!"
Jon menggeleng keheranan sepeninggal bocah-bocah. Ia menengadahkan kepala ke atas. Memperhatikan mangga-mangga yang tampak begitu menggoda di atas sana. Tanpa sadar, Jon menelan air liurnya dengan sudah payah. Tampaknya, lelaki yang satu itu mulai tergoda buah mangga.Jon celingak-celinguk. Aura wajahnya seketika berubah licik. "Aman," gumamnya menaikan sudut bibirnya ke atas. Bersiap lah ia untuk memanjat pohon mangga, kemudian dipetiknya beberapa. Tentu, untuk disantap seorang diri. Lumayan, pikirnya.
Aksi memanjat pun mulai Jon lakukan dengan begitu lihainya. Mata semakin berbinar cerah kala telapak tangannya mulai menyentuh montoknya buah mangga. Terbayang olehnya betapa nikmatnya buah mangga. Dimakan segar, hasil petikan langsung dari pohon.
Namun, tiba-tiba saja Jon hilang keseimbangan ketika akan memetik mangga. Menjadikannya oleng, lalu kaki dalam balutan sendal jepit itu terpeleset dari pijakannya. Lantas, apa yang terjadi setelah itu?
Naas. Jon langsung jatuh tertelentang di tanah. Matanya menyorot ke atas. Diam memaku beberapa saat. Mencoba memproses atas apa yang tengah terjadi padanya kini. Hingga, sebuah mangga pun jatuh telak mengenai kepalanya. Barulah Jon tersadar dan langsung meringis kesakitan.
"Apes! Nggak lagi dah. Kapok."
Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Itulah balasan atas segala perbuatan buruknya. Telah secara instan Jon dapatkan. Dibayar kontan oleh Yang Maha Kuasa. Makanya, jangan mencuri hak milik orang, Jon!FIN
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cermin #1
Short StoryBerisi kumpulan cerita mini yang ditulis oleh peserta Event Cermin PraKita. Setiap prompt yang diberikan setiap harinya akan dipilih tiga untuk dipublikasikan di Kumpulan Cermin #1 ini. Selamat membaca.