#4.3

21 4 0
                                    

Ditulis di Instagram Oleh Fauqi_suff

***

Uji Nyali

Aku mencoba membuka pintu di depanku. Terkunci. Ini sudah yang kesekian kalinya. "Yang ini juga terkunci ya?" kata Arya, laki-laki yang juga tengah bernasib sama denganku. Terjebak di bangunan tua ini gara-gara permainan bodoh Uji Nyali di grup chat Telegram.

Aku memang suka sesuatu yang berbau misteri, tapi aku cukup yakin tidak tertarik dengan yang namanya permaian yang seperti ini. Hanya saja, kemarin sore saat sedang bosan dan membaca percakapan di grup, terbersit keinginan untuk sekali-kali mencoba.

Dan di sinilah aku sekarang.

"Bukankah ini cukup aneh?" tanya Arya tiba-tiba. "Kita sudah berjalan cukup jauh, tapi belum berpapasan dengan peserta lainnya. Kita peserta terakhir, bukan?"

"Mungkin mereka sudah menemukan jalan keluarnya," jawabku.

"Hmm... Kau tahu mitos bangunan ini?"

"Aku sempat membaca di grup. Katanya bangunan ini dulunya sebuah rumah kecil yang keluarganya melakukan perjanjian dengan setan untuk memperoleh kekayaan dan mengorbankan salah satu anak laki-lakinya. Setelah itu, rumah ini terbengkalai dan dibangun untuk dijadikan tempat rehabilitasi. Tapi, selama pembangunan banyak kejadian aneh. Para pekerja sering mendapat gangguan dan terluka. Bahkan ada pula yang sampai meninggal dunia. Pada akhirnya, bangunan ini belum bisa terselesaikan dan dibiarkan begitu saja." jelasku.

"Wah, kamu sudah tahu begitu dan tetap datang ke sini. Kamu tidak takut?"

"Aku suka misteri, tapi aku tidak percaya pada hantu atau semacamnya. Karena aku belum pernah melihat...", belum selesai aku bicara, aku menjerit ketika sebuah pintu di lorong tertutup dengan sendirinya.

"Setidaknya sekarang kau bisa mulai percaya kalau mereka ada." kata Arya menatap lurus ke ujung lorong yang mengeluarkan suara berderit. Tak ada apa-apa di sana ketika Arya mengarahkan senter.

"Sampai kapan kita akan di sini? Aku sudah ingin pulang. Aku penasaran, peserta lain sedang apa sekarang. Jangan sampai mereka lupa kalau masih ada kita dan semua pulang begitu saja." gerutuku.

"Hahaha, bagaimana kalau memang seperti itu, dan kita jadi terjebak berdua di sini?" tawa Arya sambil mencoba menarik gagang pintu kayu besar di depan kami.

"Di saat seperti ini kamu masih bisa tertawa. Keterlaluan!" Aku memukul bahunya karena kesal. "Pintunya di depan dan terkunci dari luar. Menurutmu kita harus apa?" tanya Arya menoleh padaku.

"Lagi? Hampir semua pintu yang menuju keluar terkunci! Ini tidak lucu sebagai bumbu dalam permainan Uji Nyali sekalipun." sungutku.

"Mau mencoba jalan lain?"

"Tidakkah sebaiknya kita di sini saja? Barangkali bisa ditemukan peserta lain?" usulku.

"Kamu sangat ingin bertemu dengan peserta lain, ya?" tawa Arya sambil berjalan lagi. Aku mengekor di belakangnya. Iseng-iseng aku menyorot ke jendela kaca berpagar besi di sampingku.

Hm?

Aku terhenti, mulai berkeringat dingin. Arya terus berjalan. Aku menyorotnya dari belakang. "Ada apa?" tanya Arya sambil menoleh. Aku terpaku. Di pantulan kaca, cahaya senterku lolos begitu saja. Benar-benar tidak ada apapun di depanku saat ini di pantulan jendela kaca itu. Tak ada sosok Arya di sana!

"Tidak ada apa-apa." kataku sambil tersenyum.

"Bagaimana kalau kita berpencar saja? Siapa tahu nanti bisa bertemu peserta lain?" tawarku.

"Oh, ide bagus. Kalau begitu kita berpisah di sini, ya?" kata Arya, kemudian dia berbalik pergi. Aku segera berbalik dan mempercepat langkahku meninggalkan lorong itu. Namun, saat aku berbelok ke tangga untuk naik ke lantai 2, sebuah suara dingin dan berat berbisik tepat di telingaku.

"HEI... KAU SUDAH TAHU BUKAN?"

FIN

Kumpulan Cermin  #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang