Senja yang menyakitkan

9 4 8
                                    

Love is a miracle that happens to those who believe.
~ Pierre J.

***

Seperti tidak mengetahui kejadian yang kemarin, Rayna berjalan melewati koridor sekolah dengan semangat. Apa lagi jika tidak menemui kekasihnya, Rayhan? Rayna mengulum senyumnya, langkah kaki yang semakin dipercepat olehnya, membuatnya hampir terhuyung jatuh karena tidak menyadari keberadaan Stella tepat di hadapannya.

Stella adalah salah satu teman Rayna yang sekarang menjadi musuh bebuyutannya. Rayna menggeram sebal, menatap tak suka sosok gadis bermata coklat itu.

"Minggir!" Ucapnya ketus.

Bukannya merespon ucapan Rayna, Stella sendiri semakin mendekatkan tubuhnya ke Rayna, membuat Rayna mundur seketika.

"Kenapa terburu-buru? Lo gak lagi dikejer-kejer setan, kan?" Stella mengukir senyum mengejeknya.

Mumpung mood Rayna sedang baik, ia tidak ingin paginya berubah menjadi menyebalkan. Rayna memilih acuh. Berjalan dengan melewati ubin lainnya.

Sedangkan Stella, di tempatnya berdiri dengan tangan yang bersedekap di dada, menatap benci kepergian Rayna.

"Kalau bukan karena Harley, udah habis lo di tangan gue!" Kecamnya setengah teriak.

***

"Pagi, By!"

Rayna menyapa Rayhan yang sedang sibuk menyalin tugas dari teman sebangku cowok itu, Fariz. Sudah menjadi hal biasa melihat Rayhan yang terus saja menyontek tugas-tugas Fariz. Fariz sendiri tidak meresa keberatan. Cowok dengan kacamata tebal itu hanya bisa pasrah ketika Rayhan mengambil tanpa dosa dan mencatat semua tugas yang ia kerjaan. Fariz adalah murid kutubuku yang tidak memiliki teman selain Rayhan yang bersedia berteman dengannya. Makanya Fariz tidak keberatan bila Rayhan mencontek hampir keseluruhan tugas-tugas sekolah.

"Pagi, By..." Rayhan mengangkat kepalanya membalas sapaan pacar kesayangannya itu.

"Selesai."

Rayhan menutup buku bersampul hijau itu dan menyimpannya di laci meja. Perhatiaannya kini terfokuskan dengan kehadiran Rayna. Dengan senyum yang terus mengembang, Rayhan mengisyaratkan Rayna untuk duduk di sampingnya. Rayna menyetujui hal itu.

"Pulang sekolah ke rumah, ya?" Pinta Rayna pada Rayhan.

Rayhan tampak menimang ajakan Rayna. Hari ini merupakan jadwal Rayhan check up, tidak mungkin dia tidak pergi.

Karena tidak ingin mengecewakan Rayna, ia pun menerima ajakan cewek berambut gelombang itu. Tampak senyum sembringah yang mengukir indah di bibir tipis cewek itu.

"Oke, deh! Aku ke kelas dulu. Bye, By!" Rayna berlenggang keluar dari kelas Rayhan.

Akhirnya sebentar lagi Rayna akan mengetahui lebih lanjut semua hal yang menyangkut tentang pacarnya itu. Rayna berniat mengorek informasi dengan cara mengajak cowok jangkung itu bermain ke rumahnya dan berbincang lebih santai. Hanya itu cara Rayna mengetahui tentang penyakit yang di derita Rayhan.

***

Di sinilah mereka sekarang. Tepat di gazebo indah yang di dekor langsung olehnya, Rayna mengajak Rayhan untuk duduk sambil menikmati minuman es boba rasa red velvet.

"Sebentar, aku ambil cemilan dulu."

Rayna berjalan masuk ke dalam rumah, mengambil beberapa cemilan untuk disantap olehnya dan Rayhan.

Rayna sudah datang dan dengan tangan yang dipenuhi cemilan-cemilan ringan. Tentu ada wafer keju kesukaannya.

Semilir angin sore menerpa wajah mereka. Tampak bahagia raut wajahnya. Saling menatap satu sama lain dengan disuguhi senda gurauan receh milik Rayhan, Rayna terlihat bahagia.

i won't let you goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang