🥑

3.1K 359 93
                                    

Hai, kembali lagi dalam Teacher!Chuuya saga karena Pitik belum bisa move on. Padahal udah bikin dua kali 🤔

Ya biarlah

.

.

.

"Aku memanggilmu kemari bukan untuk memarahimu, Dazai-kun," sebut sang guru sambil melipat tangan dan menyandarkan punggung pada kursi, "aku ingin meminta kesanggupan."

Murid di hadapan pria berambut sinoper itu hanya diam. Manik coklatnya terarah lurus menatap sang guru. Jujur, Chuuya tidak tahu mengapa pundak laki-laki ini sama sekali tidak gemetar. Semua murid yang dipanggil ke ruang konseling setelah melakukan kesalahan seharusnya merasa ketakutan.

Nakahara Chuuya bukan seseorang yang kenal ampun dalam menjatuhkan hukuman. Ia memiliki data para murid untuk apa-apa saja yang mereka takutkan. Bila seseorang benci dengan mata pelajaran sains, maka Chuuya akan menghukumnya menjadi asisten laboratorium selama satu semester penuh. Bila seseorang benci dengan matematika, maka Chuuya akan memberikan soal penuh angka dan huruf setiap hari sebagai kata sandi sebelum mengambil jatah makan siang gratis di kantin.

Masalahnya sekarang, untuk seorang Dazai Osamu, Chuuya tidak punya rencana apapun. Ia benci mengakuinya, tapi Dazai seolah tidak memiliki satu kelemahan pun. Dan pria dua puluh lima tahun itu tidak bisa menghukumnya karena sering membolos dan meremehkan para guru.

"Apakah ada sesuatu yang kau inginkan? Sesuatu yang bisa kuberikan sebagai hadiah agar kau tidak mengosongkan lembar ujianmu lagi besok?" Chuuya berucap sambil mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja. Ia sedang menciptakan suasana intimidasi. Harusnya Dazai cukup tahu.

Tapi laki-laki itu malah terkekeh. Apa dia kelainan jiwa?

"Sebenarnya ada satu," sahut Dazai sambil menatap lekat-lekat. Chuuya masih tidak tahu apa maksud dari tatapan ini. Sepertinya sangat mencurigakan. Tapi mengingat ia tidak memiliki apapun yang bisa mendorong muridnya menjadi lebih baik, Chuuya langsung mengiyakan.

"Aku ingin bercinta dengan Nakahara-sensei."

Mendadak pikiran sinoper itu berubah kosong. Jika saja Dazai meminta sesuatu seperti tas bermerek mahal atau sepatu olahraga yang keren, Chuuya masih maklum. Tapi yang ia dengar, yang ia tangkap dengan telinganya sendiri adalah--

"Baik. Kau bisa melakukan itu setelah mendapat nilai ujian yang bagus," ujar Chuuya sambil melipat tangan dan menganggukkan kepala. Ia yakin Dazai tidak akan bisa memenuhi syarat. Ia tidak bisa menolak dan menghancurkan harga diri karena menarik ucapan sendiri.

"Kalau aku masuk tiga besar paralel kelas untuk ujian akhir semester, apakah sensei akan bercinta denganku?" tawar Dazai dengan pandangan tenang. Sekarang Chuuya ganti terkekeh.

"Tiga besar hanya untuk pengecut. Bagaimana kalau peringkat satu?" tantang sang guru. Ia tidak bisa membiarkan Dazai Osamu memiliki tiga per dua ratus peluang.

Namun tanpa diduga, murid berambut brunette itu malah tersenyum ramah, senyum yang menunjukkan seolah sebentar lagi keinginannya akan terkabul.

"Tepati janjimu, Nakahara-sensei."

"Tentu saja, Dazai-kun. Pastikan namamu ada di nomor pertama pengumuman hasil ujian bulan depan," sahut Chuuya kemudian membalas dengan senyum getir, "sekarang kau boleh keluar."

"Ya, sensei."

Lelaki brunette itu melempar senyuman untuk yang terakhir kali sebelum beranjak dari ruang konseling. Dan setelah pintu kembali ditutup, Chuuya bisa menunjukkan semuanya; pipi memerah panas dan ekspresi tersinggung.

Jika Dazai Osamu benar-benar menjadi peringat pertama, ia bisa terkena serangan jantung bulan depan.

.

.

.

To be continued

Aku mau nulis langsung kelar tapi itu bakal makin mengundur tanggal event. Jadi biarlah aku publish chapter yang panjangnya random. Oke?

Cepet kok updetnya. Kecuali tiba-tiba ada revisi laporan magang 🙃

[√] wish of you | soukokuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang