🍎

2.2K 278 13
                                    

"Nakahara-sensei."

Panggilan itu lagi. Chuuya memang seorang guru. Namun mendengar suara familiar memanggil dengan sebutan itu membuatnya jengah.

Chuuya menengok ke belakang dan menemukan Dazai Osamu tengah belari ke arahnya di koridor.

"Murid dilarang berlari di koridor. Berhenti dan jalanlah seperti biasa," tegur Chuuya. Si brunette berhenti berlari. Namun ia ganti berjalan cepat.

Chuuya panik. Ia ikut berjalan cepat, menyusuri selasar kelas untuk masuk ke dalam ruangannya. Jika ia bisa mencapai pintu dan menguncinya dari dalam, maka semuanya akan selesai. Ia bisa kabur dari kejaran Dazai.

Tapi entah bagaimana anak itu tiba-tiba menghadang di depan. Chuuya tersentak dan mengambil langkah mundur. Ia sudah memasang posisi siap berlari dan Chuuya akan melakukannya kalau saja ia tidak ingat aturan dasar melintasi koridor.

"Sensei, apakah aku boleh menciummu lagi?"

Pertanyaan macam apa itu? Chuuya tidak ingin menjawab. Dazai Osamu tersenyum melihat sikap herannya. Murid itu menunjuk-nunjuk bibir sendiri.

"Tapi di sini."

Sontak, Chuuya menyadarkan dirinya dan bangun. Kalimat perpisahan Dazai semalam sangat manjur karena ia benar-benar memimpikan lelaki itu lagi. Untungnya tidak segila kemarin sampai bangun di kasur yang sama.

Tapi tetap saja--

Chuuya tidak bisa menerima keduanya. Ia berkeringat dingin. Selimut sinoper itu sudah teronggok di lantai. Untung jam alarm barunya tidak menjadi korban.

Sekarang Chuuya harus bergegas ke sekolah, mempersiapkan diri untuk bekerja lebih giat. Ia masih perlu mengecek murid-murid yang belum mengumpulkan formulir rencana masa depan.

Seperti biasa pria sinoper itu berdiri di belakang gerbang dan menunggu bel masuk. Para murid berdatangan dan berjalan ke dalam. Beberapa dari mereka berhenti di depan Chuuya dan menyapa guru mereka itu dengan gugup.

Sebagai seseorang yang sering menghukum murid-murid, Chuuya termasuk seseorang yang cukup ditakuti. Bahkan ketika ia membalut tangannya tempo hari, sempat beredar rumor bahwa dirinya terluka karena baru saja memukul seorang siswa. Secara teknis, Chuuya memang melakukannya. Namun di dalam mimpi. Jadi rumor itu tidak terbukti kebenarannya.

Bel sekolah berbunyi. Chuuya bersiap menutup gerbangnya saat seorang murid laki-laki berlari dan menelusup sebelum tangan Chuuya mendorong pagar besi itu.

"Aku tidak terlambat, kan, sensei?"  tanyanya sembari melempar senyum.

Chuuya tidak sempat membalas. Ia tidak terpikir untuk mengucapkan apapun dan membiarkan lelaki itu berlari ke dalam gedung sekolah.

Dia Dazai Osamu, seseorang yang bahkan tidak ragu untuk berkata ingin bercinta dengan Chuuya. Bagaimana bisa lelaki itu memiliki banyak sekali keberanian untuk mengucapkan keinginan yang sangat konyol?

Chuuya tidak boleh terlalu memikirkan anak itu. Benar. Dia masih anak-anak, tindakan semalam pasti hanya keisengan belaka. Dan Chuuya juga tidak perlu khawatir bahwa ia perlu memenuhi janji bercintanya. Karena tidak mungkin seorang murid yang selalu absen akan menyabet peringkat pertama ujian akhir semester hanya dalam waktu satu bulan

Tapi semua pikiran itu malah membuatnya gugup. Sekarang, alih-alih langsung mengerjakan tugas di ruangan, Chuuya malah sibuk menggigit jari. Sudah setengah jam.

Pria itu menggelengkan kepala dan menampar pipinya sendiri. Ia harus sadar. Ia harus membuang jauh-jauh pikiran tentang Dazai Osamu dan kembali bekerja, mencatat nama anak-anak yang belum mengumpulkan formulir padahal masa tenggatnya sudah kemarin. Setelah mendata semuanya, Chuuya akan memanggil satu persatu dan menginterogasi mereka.

Dan dalam pendataan itu, Chuuya menemukan sebuah nama yang sangat ingin ia hindari.

Dazai Osamu.

Lagi? Kenapa ia harus berurusan dengan anak bermasalah yang bisa membuat tubuhnya panas hanya dengan sebuah kecupan?

.

.

.

To be continued

Ini draft sebenernya dah ada dari kemarin. Hanya saja Pitik sibuk nonton AoT hehe

Hehe

[√] wish of you | soukokuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang