🍇

2K 283 36
                                    

Ruang konseling ramai hari itu. Ujian tinggal esok hari, namun masih banyak siswa yang perlu berurusan dengan Nakahara Chuuya. Sebenarnya, formulir rencana masa depan dikumpulkan pada awal tahun ajaran. Tapi beberapa orang terlalu bandel untuk mematuhi tenggat waktu.

Termasuk Dazai Osamu.

"Dazai-kun, harusnya kau bisa pulang cepat dan belajar di rumah. Tahu kenapa kupanggil kemari?" lontar Chuuya sarkastik.

"Formulir rencana masa depan, kan, sensei?" sahut laki-laki itu kelewat tenang. Ia menyodorkan selembar kertas ke atas meja.

Benar. Itu formulirnya.

Tapi masih kosong.

"Kau bercanda? Ingin mengumpulkan kertas kosong ini padaku?" bentak si sinoper sambil mengetuk-ngetukkan telunjuk ke atas formulir.

Dazai tersenyum, mengusap jemari Chuuya pelan. "Tidak. Aku akan mengisinya sekarang, di depan Nakahara-sensei."

Sang guru langsung menarik tangan, menghentikan aktivitas mencuri kesempatan yang dilakukan muridnya. Manik birunya melirik pulpen di tangan Dazai, sedang mengisi kolom nama.

Kemudian tatapan Chuuya semakin tajam saat ujung pena berada di atas kolom rencana. Para murid biasanya mengisi universitas tujuan atau pekerjaan yang diinginkan.

Chuuya sedikit penasaran apa yang akan ditulis Dazai Osamu.

Sedikit.

Hanya sedikit.

"Sudah," ucap Dazai kemudian menyodorkan formulir ke hadapan gurunya.

Chuuya langsung menyambar, membaca apa yang ditulis laki-laki itu pada kolom rencana.

Dan apa yang ia temukan tampak mengejutkan; guru konseling.

Seperti dirinya?

Dazai ingin menjadi guru konseling seperti dirinya?

"Sensei," panggil muridnya itu sembari meremas kedua tangan. Tatapannya beralih pada lantai kayu tempat mereka berpijak, tampak tersipu.

"Aku selalu ingin menjadi sepertimu--"

Chuuya terbelalak.

"--sejak sensei menyelamatkanku."

Kapan? Chuuya tidak ingat pernah menyelamatkan Dazai dari apapun.

"Nakahara-sensei pasti tidak akan ingat, sudah delapan tahun yang lalu. Tapi sejak saat itu, aku selalu ingin bicara sedekat ini," ucap Dazai sebelum beranjak dari kursinya.

Chuuya belum menemukan kata yang tepat untuk membalas. Jadi pria itu hanya terdiam di tempat dengan formulir Dazai pada tangannya.

"Aku ingin selalu ada di sisi Nakahara-sensei. Dan ingin berada di jalan yang sama denganmu juga."

Dazai membungkuk hormat. "Tolong doakan aku semoga berhasil mendapat peringkat pertama."

Chuuya tidak akan melakukannya. Ia tersentuh dengan pernyataan Dazai yang tidak diingatnya. Tapi sinoper itu belum ingin sang murid menjamah tubuhnya. Mereka-- Chuuya tidak siap.

"Aku tidak ingin bercinta denganmu. Janji itu sangat konyol. Kau punya banyak pilihan di luar sana, Dazai-kun. Ada teman sekelasmu, teman di kelas sebelah, adik kelas, kakak kelas, siapapun."

Chuuya menarik napas sebelum melontarkan pertanyaan.

"Kenapa harus aku? Aku bukan orang yang tepat. Apa kau benar-benar ingin bercinta dengan guru galak ini?" protes si sinoper.

Dazai baru saja hendak berjalan keluar ruangan jika Chuuya tidak melayangkan ketidaksetujuan. Tapi mendengar kata-kata tadi hanya membuatnya semakin bersemangat, yakin untuk berjuang lebih keras.

"Karena aku menyukai Nakahara-sensei."

.

.

.

To be continued

Ini bakal jadi alur cepat ala ala manga bl yang chapternya kurang dari 10 wkwkwk

Btw, Happy New Year 2021!!

[√] wish of you | soukokuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang