🌽

2.1K 267 30
                                    

Ujian telah berakhir satu minggu yang lalu. Selama itu pula Nakahara Chuuya, sang guru konseling memutuskan untuk tidak menemui seorang murid bernama Dazai Osamu.

Sinoper itu masih mengingat permintaan yang secara sembarangan ia terima. Sekarang, semakin memikirkannya, semakin gugup pula perasaannya. Chuuya tidak menyukai Dazai Osamu sama seperti sang murid menginginkannya. Ia merasa jika mereka benar-benar bercinta setelah ujian selesai, karirnya sebagai seorang guru amat salah.

Chuuya menggigit kuku jarinya sambil berjalan di dalam ruangan. Hasil peringkat ujian akan keluar setelah jam makan siang. Kalau ia yakin Dazai tidak mungkin berada di urutan pertama, harusnya Chuuya bisa tenang.

Tapi tidak. Tidak saat ia sering memergoki anak membaca buku di manapun dan kapanpun. Ketika mencuri dengar pembicaraan para guru selepas rapat kemarin, Dazai yang semua memiliki reputasi buruk malah menyita perhatian.

"Untungnya dia kembali seperti dulu lagi."

"Dia serius mengerjakan ujiannya. Kau ingat saat Dazai mengumpulkan lembaran kosong? Aku ingin mengamuk saat itu juga."

"Entah apa yang mempengaruhi anak itu, aku bersyukur dia bisa melakukan ujian dengan baik."

Selama pembicaraan itu, Chuuya bersembunyi di balik dinding. Perasaannya tidak enak. Ia ingin pulang cepat agar tidak perlu bertemu dengan gerombolan murid.

Benar juga. Hari ini jam pelajaran dipercepat. Chuuya juga tidak memiliki jatah untuk masuk kelas. Ia bisa pulang dan melupakan apa yang mungkin akan terjadi.

Sinoper itu melakukannya, membereskan barang-barangnya dan kembali tepat sebelum bel berbunyi.

Hari ini akan berlalu cepat.

Semoga.

.

.

.

Tidak juga.

Chuuya tidak bisa tidur malam itu. Menghindari takdir yang mungkin terjadi tidak akan menjaminnya hilang. Dengan segenap keresahan, sang guru bersiap ke sekolah.

Matahari belum benar-benar naik. Temperatur di luar terasa amat dingin hingga pakaian hangat pada tubuh Chuuya seolah tidak berguna. Sembari memeluk lengan sendiri, pria itu berjalan menuju ruangannya.

Dan siswa berambut brunette sudah menunggu, duduk di depan pintu dengan raut lesu. Ketika mendengar langkah kaki Chuuya, ia bangun.

Dazai Osamu berdiri dan menyingkir agar Chuuya bisa membuka kunci ruang konseling.

"Sensei," panggil sang murid.

Apa yang akan Dazai katakan? Chuuya sama sekali tidak tahu. Ia bahkan memalingkan wajah saat melewati papan pengumuman. Pria itu takut mengetahui fakta.

Ia tidak ingin mendengar kenyataannya.

"Sensei, bolehkah aku ikut masuk?"

"Masuk saja. Kutolak pun kau akan tetap memohon," sahut pria itu dingin. Ia melangkah masuk dan membiarkan Dazai mengekor di belakang.

Tangan Chuuya gemetar ketika menaruh tas di atas meja. Jantungnya berdegup kencang saat mendengar bunyi putaran kunci. Dazai baru saja membuat sebuah ruang privat.

Apa anak itu ingin melakukannya sekarang?

Apa dia tidak sabar bercinta dengannya?

Apa Dazai Osamu akan menyerangnya di sekolah?

Berbagai pikiran berkecamuk di dalam kepala, membuat Chuuya tidak sadar dua tangan telah menelusup, melingkar pada pinggulnya selama beberapa saat.

[√] wish of you | soukokuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang