Sakunosuke Oda, sang ayah angkat sejak dulu selalu berpesan pada Dazai untuk menjadi orang baik. Itu termasuk menjadi penurut dan tidak pelit. Tapi kedua sifat tadi malah membuat seorang Dazai Osamu menjadi bahan perundungan.
Semasa kecil, setiap jam istirahat ia akan diseret ke sebuah gang di dekat sekolah. Beberapa anak yang lebih besar akan menghempaskannya ke tembok, mengambil tas dan uang saku dari kantung celana. Ayah angkat Dazai tidak memiliki waktu luang untuk membuat bekal. Jika seluruh uang itu diambil, maka Dazai harus menahan lapar hingga pulang sekolah.
Dan itu sangat menyakitkan.
"Oi, bocah," interupsi seseorang dari ujung gang.
Anak-anak yang tengah merundungi Dazai sontak menoleh dan menatap takut orang yang baru saja datang. Agak takut, Dazai perlahan membuka mata. Ia melihat seorang lelaki, mungkin murid SMA. Sosok itu memiliki rambut sinoper, memasang wajah garang sembari berjalan ke arah mereka.
"Anak-anak kecil seperti kalian harusnya belajar," gertaknya sambil menyandarkan sebelah kaki di tembok, "jangan menyeruduk orang seperti babi hutan."
Samar-samar Dazai menemukan sebuah tongkat baseball di tangan lelaki SMA itu. Apakah dia akan memukul orang-orang yang mengambil semua uang sakunya?
Kalau iya, apa yang harus Dazai lakukan?
Apakah ia akan jadi korban pukulan juga?
"Nakahara C-Chuuya-san dari-- d-dari--," gagap seorang perundung sembari menunjuk lelaki berambut sinoper itu.
"Rupanya aku cukup terkenal di kalangan anak SD. Dan aku penasaran apa yang guru kalian lakukan hingga tidak tahu muridnya melakukan hal semenjijikkan ini," sahutnya kemudian memutar-mutar tongkat baseball di udara.
"Ada yang ingin mencoba benda ini? Sepertinya bisa membuat kalian terluka dan tidak bisa berjalan berhari-hari."
Tentu saja tidak. Teriakan histeris memenuhi telinga Dazai, disusul bunyi sepatu yang belari cepat menjauhi gang.
Laki-laki rambut brunette masih terduduk di tanah sampai tepuk pelan mendarat pada pundaknya. Dazai memejamkan mata. Ia takut apabila sesuatu terjadi-- mungkin ayunan tongkat baseball pada tubuhnya.
Pasti sangat menyakitkan.
"Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima. Lima lembar? Sudah semua?" tanya siswa SMA yang ternyata tengah berjongkok di sebelah Dazai.
Perlahan manik coklat terbuka, menemukan raut yang sama sekali tidak garang. Lelaki sinoper itu menaikkan alis, menunggu jawaban atas pertanyaan berapa lembar uang yang seharusnya Dazai miliki sekarang.
Benar. Lima lembar.
Dengan gugup, si brunette mengambil uang di tangan sosok bernama Nakahara Chuuya itu. Ia tidak berani bertatapan.
Tapi kemudian Chuuya menaruh tangan di atas kepala Dazai dan mengacak-acak helai gelap itu. "Lain kali, kalau mereka memeras uangmu lagi, lawanlah." Lalu ia beranjak dan berdiri dengan kedua kaki.
"Atau mungkin kau bisa memanggilku," imbuh lelaki rambut sinoper itu di tengah jalan. Manik coklat Dazai melihat sebuah senyum riang dan cerah, benar-benar kontras dengan gaya seorang Nakahara Chuuya ketika hendak mengusir orang-orang yang mengganggunya.
Dazai terkagum-kagum, seperti melihat pahlawan super yang menyelamatkan dunia di layar kaca.
"A-apakah aku benar-benar boleh memanggilmu?" cicit lelaki brunette sembari beranjak dari tanah. Ia membersihkan debu di lutut dan berdiri menghadap Nakahara Chuuya.
Si sinoper terdiam. Sejenak manik birunya terbuka lebar karena kaget. Tapi kemudian ia tersenyum lagi, menyambut kegugupan anak SD yang berada di depannya.
"Tentu saja," sahut Chuuya antusias, "lain kali panggil aku Nakahara-sensei." Klaim itu diucapkan dengan ibu jari menunjuk dada.
"Impianku adalah menjadi guru yang mengajari anak-anak seperti itu cara menjalani hidup yang benar."
Bukan.
Bukan sebuah impian lagi. Sejak hari itu Dazai percaya seorang Nakahara Chuuya pasti akan menjadi seorang guru, sosok yang ia impikan. Dan Dazai tidak lupa memohon pada ayah angkatnya untuk dimasukkan ke dalam SMA tempat Chuuya bekerja.
Walau lelaki brunette itu harus menempuh perjalanan jauh melewati lima halte bus--yang ia rahasiakan dari Chuuya, bisa melihat wajah yang selalu dikagumi adalah hadiah terindah.
Namun ada satu hal yang sangat Dazai sayangkan. Selama kelas satu, ia tidak menemukan cara untuk mendekati sang guru. Menjadi murid yang transparan sedikit sulit. Chuuya adalah guru konseling yang sering berkutat dengan anak-anak bermasalah. Dan Dazai tidak memiliki kendala apapun selama mengeyam pendidikan. Ia harus membuat masalah, setidaknya beberapa keonaran di kelas duanya.
Setelah mencapai awal kelas tiga, lelaki brunette itu sadar 'beberapa' yang ia rencanakan mungkin sudah berevolusi menjadi ratusan bahkan ribuan kali. Hingga akhirnya Nakahara Chuuya, orang yang selalu ia kagumi, memanggilnya masuk ke ruang paling menakutkan seantero sekolah.
"Aku memanggilmu kemari bukan untuk memarahimu, Dazai-kun," sebut sang guru sambil melipat tangan dan menyandarkan punggung pada kursi, "aku ingin meminta kesanggupan."
Dazai sangat yakin pria berambut sinoper yang duduk di hadapannya ini adalah orang yang ia kagumi. Namun otak pubertas sialan di dalam kepala membuat fokusnya berubah. Wajah yang sedari kecil selalu terbayang sebagai seorang pahlawan idola, kini berubah menjadi pujaan hati.
Lelaki brunette itu tidak tahu mengapa.
"Apakah ada sesuatu yang kau inginkan? Sesuatu yang bisa kuberikan sebagai hadiah agar kau tidak mengosongkan lembar ujianmu lagi besok?"
Ketika bibirnya terbuka untuk bicara, Dazai harus menahan diri. Ia mengepalkan tangan erat-erat dan membiarkan sebuah kekehan lolos dari mulut. Sekarang Nakahara-sensei terlihat agak jengkel. Dazai mungkin harus segera meminta maaf.
"Sebenarnya ada satu," sahut lelaki itu pelan. Sambil masih memperhatikan setiap fitur wajah sang guru, ia mengepalkan tangan erat-erat.
Tidak bisa.
Dazai tidak bisa menahan otak pubertasnya, pikiran seorang remaja yang selalu ingin tahu semuanya. Dan ia ingin tahu bagaimana rasanya disukai--
Tidak. Tidak hanya itu.
Ia ingin sesuatu yang lebih, sebuah hadiah karena telah setia menyimpan rasa hingga delapan tahun.
"Aku ingin bercinta dengan Nakahara-sensei."
.
.
.
To be continued
Iya jadi ini adalah masa lalu Dazai...
Dan ff ini tinggal dua chapter lagi, bila sesuai dengan rencana saya.
Kalo ga sesuai ya berarti 1 lagi awakoakaoo
Iya karena ini alur cepat :)
![](https://img.wattpad.com/cover/251393045-288-k19177.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] wish of you | soukoku
FanfictionChuuya berharap ia tidak perlu bertemu dengan Dazai Osamu lagi. Tidak setelah permintaan konyol si tukang bolos itu di ruang konseling sekolah. "Kalau aku masuk tiga besar paralel kelas untuk ujian akhir semester, apakah sensei akan bercinta dengank...