"Nakahara-san," panggil Tachihara Michizou, guru olahraga sekolah. "Kau ikut ke pesta penyambutan guru baru nanti sore?"
Lamunan Chuuya buyar karena pertanyaan itu. Sejak tadi ia terus berpikir dan berpikir hingga tidak menyadari bahwa rapat guru sudah berakhir.
"Entahlah," sahut sinoper itu seraya beranjak dari kursi dan membereskan buku catatan, "memangnya siapa guru baru yang masuk? Dia bahkan tidak terlihat di sekolah hari ini."
Tachihara terkekeh pelan. "Bukankah dulu kau dekat dengannya, Nakahara-san? Kupikir kau sudah tahu kabarnya."
Chuuya tertegun. Ia baru saja hendak kembali ke ruangannya untuk mengambil tas dan sesuatu terlintas di dalam kepala saat Tachihara berkata lagi.
"Dazai Osamu. Kau sempat mengurusnya sebagai guru konseling, kan?"
Sudah lama. Lama sekali sejak terakhir kali anak itu membungkuk padanya dan mengucap pernyataan cinta secara tidak langsung. Dan Chuuya tidak pernah bicara apapun lagi setelahnya-- selain 'selamat' singkat saat hari kelulusan.
"Kalau kau melihatnya, kurasa kau akan sedikit lupa. Dia tampak berbeda sekarang. Oh iya, anak itu mendaftar sebagai guru matematika."
Chuuya kira guru konseling. Ia tertawa tanpa suara, menertawai dirinya sendiri yang masih mengingat isi formulir karir lelaki brunette itu.
"Karena itu Mori-san mengundurkan diri dalam rapat ini?" sahut Chuuya seraya berbalik badan dan bersandar pada meja rapat.
"Tentu saja," balas Tachihara kemudian bangkit dari kursinya. Pria itu merangkul pundak Chuuya dan berjalan bersama keluar ruang rapat. "Jadi kau akan ikut pesta penyambutan Dazai-kun? Kalau iya, pergilah bersamaku."
Chuuya melepaskan diri dari rangkulan dan berjalan satu langkah di depan Tachihara. Ia menundukkan kepala dan terkekeh lagi. "Aku punya motor. Aku akan berangkat sendiri."
"Bukankah motor itu berada di bengkel sekarang?" sebut Tachihara sembari menyusul langkah sinoper itu.
"Aku tahu karena akhir-akhir ini kau selalu naik bus ke sekolah," celetuk Tachihara di sebelahnya.
"Ketahuan, ya?" Chuuya melirik pria itu singkat. "Aku sedang menolak ajakanmu untuk pergi bersama jadi tolong jangan menyusahkan dirimu sendiri."
Tapi usaha sang guru olahraga belum usai. Ia kembali merangkul pundak Chuuya sambil berjalan melalui koridor. "Kau yang menyusahkan dirimu sendiri, Nakahara-san. Biarkan aku menjemputmu. Ini gratis."
Lalu sebuah kedip mata terarah pada si sinoper. Chuuya tertawa melihat usaha Tachihara Michizou untuk berdekatan dengannya.
"Kau sedang menggodaku?"
"Aku sedang memaksa," sahut pria itu sebelum mengacak-acak rambut Chuuya dan berlalu pergi. Sinoper itu mendecak kesal, hendak memarahi Tachihara karena membuat rambut ikalnya semakin berantakan. Tapi pelaku sudah membuat jarak aman dan berlari mendahului.
"Aku akan ke apartemenmu. Jam enam tepat," seru Tachihara, "bersiap-siaplah dan berdandanlah yang manis!"
"Kau tidak menerima penolakan, ya?" Sahutan Chuuya ini tidak dibalas. Dan ia yakin Tachihara akan benar-benar datang nanti sore.
Mereka tidak memiliki hubungan apapun. Setidaknya bagi Chuuya, mereka hanya rekan kerja. Namun bagi Tachihara, mungkin mereka rekan kerja yang cukup dekat, cukup untuk memulai pendekatan romantis di awal tiga puluh.
Tapi Chuuya menolaknya. Ia tidak tahu apa yang kurang dari lelaki itu sampai ia menolaknya. Tachihara adalah pria baik-baik. Dia pintar dan berani, cukup tampan juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] wish of you | soukoku
Fiksi PenggemarChuuya berharap ia tidak perlu bertemu dengan Dazai Osamu lagi. Tidak setelah permintaan konyol si tukang bolos itu di ruang konseling sekolah. "Kalau aku masuk tiga besar paralel kelas untuk ujian akhir semester, apakah sensei akan bercinta dengank...