"Em ... Aito! Aku juga Aito, mungkin ini memang aneh, tapi ..." ucap Aito, ia ingin mencoba menjelaskan.
"Waw dua ... keren!" ucap p. Adira kagum.
P. Aito menatap Adira. "Ini memang keren, tapi tidak waktunya untuk mengagumi Ira, apa kalian ..."
Seolah memahami maksud dari yang p. Aito ucapkan, Aito langsung menjawabnya. "Ya ... kami berdua dari dimensi dan dunia yang berbeda, kau tahu kan paman Hikari bilang soal mesin ke dunia parar- palel- ah ... kalian berdua tau kan?!” ucap Aito yang sudah tidak tau mau bagaimana lagi harus menjelaskan.
"Ya ya kami tahu, jadi ... hm jadi kita bagaimana?!”
"Kita bahas di kamar atas yang kosong saja, ayah ... kamarnya masih ada empat kasur kan?!” ucap P. Adira.
"Em ... tentu saja!"
"Baiklah ....”
"Ah ... tunggu dulu! Mungkin ... kalian di rumah Aito saja! Di sana sudah ada makanan ya kan sayang?” ucap Dani sambil menoleh ke istrinya, Dinda.
"Iya-iya, supaya tidak menggangu kalian!” ucap Mamanya Aito, Dinda.
"Itu benar! Kak Dani dan kak Dinda bisa tinggal disini dulu iyakan?” ucap Kei.
"Iya ...."
"Ah ... terima kasih."
"Lagian, Aito akan aman disana!" ucap Dani.
.
.
.
Kediaman p. Aito_
Mereka baru saja sampai dan segera beristirahat, membersihkan diri dan sebagainya.
Ini sudah larut malam, awalnya mereka ingin segera tidur saja karena sudah mengantuk berat, tetapi dengan kondisi perut yang lapar benar-benar tidak bisa diajak kompromi.
"Kurasa kita harus makan saja dulu. Aku benar-benar lapar!" ucap p. Aito pada Aito yang berbaring disebelahnya.
"Aku juga lapar. Ngomong-ngomong, rasanya sedikit aneh bicara dengan diri sendiri, apakah pikiran kita sama?" ucap Aito menoleh menatap p. Aito.
"Kurasa iya, aku juga berpikir begitu. Em ... apa kau berpikir untuk mencoba memeluk diri sendiri?" tanya Aito.
"Iya! Tadinya aku ingin mengucapkan itu tapi aku agak malu, haha!"
"Aku juga, tapi karna kau bicara seperti itu duluan aku jadi berani mengucapkannya, Hahaha."
"Baiklah, bagaimana dengan satu pelukan?"
"Ah ... ke marilah diriku! Aku akan memberikan pelukan hangat!"
.
.
.
"Ira, apa kau tidak lapar?" tanya p. Adira.
"Lapar ... tapi aku malas turun." jawab Adira.
"Iya ... hm, kira-kira apakah Aito tidak lapar?" ucap p. Adira.
"Kurasa dia lapar, tadi di pasar malam ia membeli banyak sekali makanan, tapi tetap saja bilang masih lapar!" ucap Adira sedikit terkekeh mengingat kejadian tadi.
"Dasar Aito, tadi Aito juga ingin ke pasar malam saat kami melewatinya, haha!" ucap p. Adira. "Ngomong-ngomong, apa kau juga merasakannya? Perasaan pada Aito?" ucapnya lanjut bertanya.
"Ah, itu. Hahah ... aku menyukainya, dia lucu, dan tampan tentunya!" ucap Adira.
"Kita memikirkan hal yang sama. Tapi apa kau juga pernah merasa Aito menyukai kita, kamu, aku?" tanya p. Adira.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Adventure Of Parallel World [Case] ✔
FantasíaKisah ini berawal dari kejar-kejaran antara detektif dan penjahat, membawa mereka masuk ke sebuah laboratorium milik seorang ilmuan di ujung hutan. Dengan sengaja para penjahat menyalakan mesin yang mengeluarkan sebuah portal menuju dunia paralel...