Part 4

68 8 2
                                    

Di hari libur ini siapa yang tidak akan tergoda untuk bernyaman di kasur mereka. Ada yang juga pergi lari pagi, ada yang membersihkan rumah. Segala macam kegiatan di hari Sabtu pagi ini, semua mereka lakukan.

Harus nya itu, pagi ini Daffa lari pagi. Olahraga niat nya, tapi lihatlah sekarang dia masih nyaman dengan kasur nya. Ada apa dengan pria ini? Kata nya mau lari pagi.

Dengan nyaman, dia menarik dan mengeratkan selimutnya. Suka begini kadang dia, niatnya mau lari pagi eh malah dihabisin dengan tidur. Aneh.

Tapi, sinar matahari mengusik tidur dan mimpi indah nya. Ia membalikkan badan nya ke arah samping agar tidak terkena cahaya itu. Tapi, guncangan di lengan nya malah menganggu nya.

Dengan terpaksa dan sangat paksa, ia membuka mata nya. Ia menyesuaikan cahaya yang ada, barulah bisa membuka mata nya dengan sempurna.

"Bangun sayang, ini udah jam 10 pagi." Ujar Rara, mamah tersayang nya Daffa.

"Hah?! Jam 10?!" Kejut nya.

Rara yang mendengar itu juga ikut terkejut. "Kenapa? Ada apa?" Tanya Rara panik.

"Kok Mamah gak bangunin Daffa sih?" Tanya Daffa.

Ia duduk di pinggiran kasur nya.

"Kenapa, sayang?" Tanya Rara.

"Kenapa, Mah? Daf?" Tanya Revan yang kebetulan lewat di depan kamar anak nya.

Rara mengendikkan bahu nya, tak tau.

"Kenapa, Daffa? Ada apa?" Tanya Revan.

"Daffa, Daffa lupa bangun pagi buat lari pa-pagi, Mah, Pah. Hikss." Ia berpura-pura seperti orang menangis.

Seketika raut wajah Rara datar, tapi Revan tidak. Dia malah terkekeh melihat tingkah anak semata wayang nya itu.

"Kamu tuh ya, pagi-pagi bikin Mamah jantungan aja. Hiiihhhh." Dengan gemas, Rara mencubit pipi Daffa.

"Aduh duh, Mah sakit. Sshh sakit, Mah. Kok dicubit." Ujar nya sambil mengelus pipi nya.

"Anak kamu tuh." Ujar Rara pada Revan.

"Bukan, bukan anak aku." Ujar Revan.

"Loh? Daffa anak siapa?" Tanya Daffa.

"Kamu kita pungut dari tong sampah waktu kamu kecil." Ucap Rara. Ia beranjak sambil membersihkan tempat tidur Daffa.

"Gak estetik banget, masa di tempat sampah. Di selokan kek." Ujar nya dan beranjak menuju kamar mandi.

"Anak siapa sih kamu sebenarnya? Bukan nya kaget, malah begitu." Ujar Revan.

"Anak nya siapa ya? Om boerhan kali." Ia mengendikkan bahu nya acuh.

"Burhan siapa pula itu?" Tanya Rara.

"Masa Mamah gak tau."

Rara menggeleng.

"Itu, Mah. Yang cerita nya gini." Daffa berdiri di depan Revan.

Ia meraih kedua tangan Revan dan meletakkan nya di pundak nya. Lalu, ia menyilangkan kedua tangan nya seperti melindungi dada nya. Setelah nya ia berkata.

"Jangan om, jangan. Jangan om, om mau ngapain om. Jangan om jangan." Ujar nya sambil menggerakkan badan nya ke kanan dan ke kiri dengan centil.

Rara dan Revan yang melihat itu, tak kuasa menahan tawa mereka.

"Hmppfttt, hahahaha. Ya Allah hahaha." Tawa ke dua nya menggelegar di kamar Daffa.

"Ja-jadi hahahaha. Ya ampun, hahah. Gay? Hahaha." Ujar Rara tak jelas.

ME N U (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang