CHAPTER FOUR

649 112 6
                                    


CHAPTER FOUR:
POPPY

❝ SEJAK KAPAN AKU SETUJUMAU MENEMANIMU DI SINI? ❞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❝ SEJAK KAPAN AKU SETUJU
MAU MENEMANIMU DI SINI? ❞

˚₊· ͟͟͞͞➳❥

DRACO terbangun dengan napas tersengal-sengal, sekujur tubuhnya basah oleh keringat dan tongkat sihirnya tergenggam erat di tangannya.

Mimpi buruknya yang lain kembali datang. Di mimpinya, Draco melihat bagaimana Crabbe terlalap api lalu menyalahkannya.

Draco menarik rambutnya kuat-kuat berharap itu dapat mengalihkan pikirannya yang kalut. Draco tidak pernah menunjukkannya pada siapapun betapa merasa bersalahnya dirinya melihat kematian orang yang bersamanya semenjak tahun pertama.

Untungnya, semua murid tahun terakhir yang mengulang memiliki kamar mereka masing-masing sehingga Draco tidak perlu khawatir ada yang mendengar teriakannya.

Setelah mereka dibebaskan oleh Kementerian Sihir karena masih di bawah umur, dalam lingkaran pertemannya, hanya Draco dan Theodore Nott yang kembali ke Hogwarts. Blaise Zabini memutuskan mengikuti Ibunya ke Italia. Gregory Goyle dan Ibunya ke Yunani setelah ayahnya ditahan di Azkaban. Lalu Pansy dan Daphne ... entahlah, Draco tidak pernah berkabar dengan keduanya.

Iris Draco tertuju pada bekas luka sialan di tangan kirinya yang selalu membuatnya teringat akan kelakukan jahatnya. Kenapa? Kenapa cuma Draco yang harus menanggung tanda sialan itu? Bukan cuma orang tuanya saja yang merupakan Pelahap Maut. Tapi, kenapa cuma dia? Kenapa harus Draco?

Draco bergerak mengambil sweater Quidditchnya di antara pakaiannya dan memadukannya dengan sweatpants hitam yang dia pakai, memakainya lalu berjalan ke ruang rekreasi. Tidak mungkin Draco bisa terlelap lagi setelah mimpi buruk itu.

Langkah kakinya yang terdengar di koridor sunyi itu menemani setiap langkahnya. Terkadang, Draco berpikir untuk menghapus ingatannya akan kejadian kelam itu. Draco tidak ingin memimpikan orang-orang yang dia siksa atau mati mengenaskan di depannya. Setiap Voldemort membunuh seseorang dan membiarkan Nagini menyantapnya, Draco hanya bisa mengepalkan kedua jemarinya dan berharap ketakutannya tidak tercetak di wajahnya. Tapi, meskipun Draco menghapus ingatannya ... tanda sialan itu akan tetap ada di sana untuk mengingatkannya. Dan jangan lupakan orang-orang akan terus membuatnya teringat akan kelakuannya. Seperti beberapa hari lalu saat seorang bocah Hufflepuff tidak sengaja menabrak Draco, bocah itu menangis dan terang-terangan menyebutnya Pelahap Maut dan memohon agar tidak disakiti. Sial. Draco tidak melakukan semua itu atas dasar keinginannya sendiri ─meski itu tidak membenarkan perbuatannya.

Draco mengumpat untuk kesekian kalinya ketika tiba di ruang rekreasi Slytherin. Hanya nyala api dari perapian yang kini menerangi ruang rekreasi yang remang-remang. Draco menjatuhkan dirinya di salah satu sofa terdekat dari perapian, membiarkan panas dari perapian bersinggungan dengan tubuhnya.

apricity | draco malfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang