part50

2.9K 250 107
                                    

Dering ponsel diatas nakas berulangkali menggema diruangan berukuran cukup luas. Sementara sang pemilik terlelap dalam damainya malam, seorang pria justru masuk dan mengambil ponsel lalu berjalan keluar sebelum mengangkat panggilan yang ia dengar sejak beberapa saat lalu.

Beberapa panggilan tak terjawab muncul ketika Edward menatap layar ponsel tersebut. Ia sedikit kesal ketika menyadari kalau sejak kepergiannya dari Paris, Joanne tidak mematikan ponselnya.

Seulas senyum nampak jelas terlihat dari wajah pria bermata coklat tersebut sesaat setelah mendengar kalimat tanya tanpa henti dari seorang wanita yang terdengar mencemaskan keberadaan sang pemilik ponsel dan puteri kecil yang kini bersamanya.

"Aku ayah kandungnya. Dan mulai saat ini dia akan tinggal denganku." Meski bibirnya tersungging manis,namun kalimatnya terdengar begitu tegas dan syarat akan ancaman .

"..."

"Aku berhak. Dia anakku. Dalam tubuhnya mengalir darahku juga," ucapnya lagi membuat lawan bicaranya semakin khawatir.

"..."

"Kita lihat aku atau kau yang akan menyesal." Ancamnya tak gentar.

"Perlu kau tahu, selain mengajukan gugatan perceraian, aku juga mengajukan gugatan hak asuh atas Allysha." Lanjut Edward pada lawan bicaranya.

"..."

"Kau pikir begitu? Lalu bagaimana dengan kebohonganmu yang mengatakan kalau selama ini Ryan adalah ayahnya? Tidakkah kau berpikir kalau kebohonganmu akan memberi kemudahan untukku?"

"..."

"Aku tidak memiliki banyak waktu untuk berbicara omong kosong denganmu."

"..."

"Kenapa?

"..."

"Tidak bisa. Kau bisa menemui Allysha diLondon jika kau mau."

"..."

"Kalau begitu kau juga tidak bisa menemui anakku." Tukasnya diiringi helaan napas berat.

"..."

"Tapi sekarang dia denganku. Suka atau tidak kau harus mulai membiasakan diri hidup tanpanya."

"..."

Enggan memberikan kesempatan pada lawan bicaranya, Edward menutup panggilan dari Mirella lalu melempar ponselnya kesembarang arah. Tanpa perasaan bersalah karena tindakannya yang melempar ponsel milik orang lain, Edward berjalan pergi meninggalkan ruang tamu menuju kamar tidurnya.

Deru napasnya memburu. Tatapannya berubah tidak menentu, begitupun dengan raut wajah yang berubah kacau nampak jelas dilayar cermin yang ada dihadapannya. Dengan kedua tangan mengepal diatas wastafel dan sorot mata mengarah pada cermin, Edward memperhatikan cerminan dirinya sebagai seorang pengecut. Ya, katakan perasaannya masih tidak menentu sejak mengetahui kebenaran mengenai puteri kecil yang selama ini berhasil menarik perhatiannya. Ia sampai tidak berpikir panjang untuk mengajak Allysha ke London dan memutuskan untuk tinggal bersamanya. Tanpa mempedulikan kesalahannya dimasa lalu, Edward membawa Allysha. Awalnya ia merasa ragu, namun dengan sedikit ancaman pada Joanne yang merupakan pengasuh Allysha, ia berhasil membawanya ke London tanpa membuat Allysha merasa tidak nyaman atau berada dalam bahaya. Sebaliknya, Allysha terlihat senang berada dekat dengannya meski sebelum tidur Allysha sempat menangis dan menanyakan keberadaan ibunya.

Mirella Amanda Gilbert. Mengingat nama itu membuat sesaknya kembali menyeruak. Disatu sisi ia merasa bersalah pada wanita yang dulu ia khianati secara terang terangan lalu ia tinggalkan pergi dengan tuduhan yang tidak benar. Namun disisi lain, ia juga merasa kecewa karena Mirella tidak pernah menjelaskan tentang keberadaan puterinya dan malah membenarkan tuduhan Edward kalau Allysha adalah anak kandung dari Mirella dan Ryan Miller.

Breakable HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang