"adek gimana beasiswanya?" tanya chanyeol saat jam makan malam
lucy nyengir "ini ayah, bunda. buka ya" katanya sambil nyerahin box yang isinya hasil beasiswa sama test pack dan foto rahimnya
"WAAAH LULUUUUS" pekik wendy
lucy nunduk sambil menggigit bibirnya, ia sudah siap di marahi
"adek? ini apa?" tanya chanyeol sambil memegang hasil usg lucy
lucy tetap diam, menunduk sambil menggigit bibir bawahnya
lucas yang tadinya fokus ke makan malamnya sekarang melihat ke foto yang di pegang chanyeol
"loㅡ gamungkin hamil kan dek?"
wendy? shock banget dia
"lucy? kamu hamil anak siapa?" tanya chanyeol
lucy diam. ayahnya emang jarang marah tapi sekalinya marah serem banget
"lucy, jawab ayah"
"LUCY, JAWAB AYAH!" bentak chanyeol
lucy mulai menangis "l- hiks lucy, g- gatau yah hiks"
"gatau gimana?!" sewot chanyeol
lucy menggeleng "hiks lucy, emang hiks gatau"
"lucy hiks, dianter p-pulangㅡ hiks sama si-siapa aja hiks lucy gatau"
chanyeol menenangkan dirinya sendiri, ada sedikit rasa penyesalan saat ia membentak putri kesayangannya
dan juga penyesalan mengizinkan putrinya untuk mendatangi pesta ulang tahun temannya
"lucas" panggil chanyeol
"iya yah?"
"adek dianter siapa pulangnya?" tanyanya
"renjun" jawab lucas
"sayang, telfon renjun coba" suruh chanyeol ke wendy
wendy yang masih shock mengangguk dan menelfon adiknya
"halo? kenapa kak?"
"renjun ini chanyeol"
"ooh, iya kenapa bang?"
"kamu yang anter lucy pulang dari ultahnya yeji waktu itu kan jun?"
"iya, emang kenapa?"
"terakhir waktu itu, liat lucy sama siapa?"
"renjun gatau bang, kan renjun emang ganiat ikut. tapi nakyung minta di jemput"
"yaudah renjun jemput, nah terus renjun liat lucy ada di kamar gitu. tapi maaf lucy waktu itu engga pake baju jadi cuman dalaman aja"
"terus renjun suruh nakyung pakein baju barudeh dibawa pulang, tapi emang ga ada siapa siapa di kamarnya cuma lucy doang"
"ohh yaudah, makasih ya jun" kata chanyeol lalu menutup telfonnya
chanyeol menatap lembut lucy "adek sekarang mau gimana? mau lanjut kuliah di univ ini?"
lucy menggeleng, masih tetap menunduk "gamau yaah, lucy malu"
chanyeol tersenyum "liat muka ayah dong. ayah ga marah kok sayang cuma kecewa aja"
lucy mulai menatap chanyeol "ga sepenuhnya salah lucy, ayah juga yakin pasti adek disuruh sama temennya kan buat minum?"
lucy mengangguk ragu
wendy berjalan ke kursi lucy lalu memeluknya "batalin aja ya beasiswanya"
"kamu sekolah di modelling and beauty school punya bunda aja ya, kita pindah ke canada"
"loh bun, kuliah aku gimana?"
"gampaang, cari univ baru yang bagus disana" kata chanyeol
+
tok tok
"dek.." panggil lucas
"masuk baang"
cklek
setelah membuka pintu, pemandangan yang pertama dilihat lucas adalah adiknya yang sedang tengkurap. menangis
"dek"
"hmm?" jawab lucy
"gamau ngasih tau abang, sama siapa?"
lucy menghela nafas "adek gatau baang"
"bukan sama jeno kan?"
hah?
"kok bisa jeno sih? adek aja tau nama sama kelas doang" kata lucy
"yaudah kalo gamau ngaku"
lucas tertawa "berarti gue bakal jadi uncle ya cy?"
lucy langsung memukul paha lucas "apasih?!"
"semoga aja cowok ya, eh kembar aja deh kalo bisa"
"nanti gue namain kolang sama kaling, gemoy banget gasi?"
lucy tertawa kecil "palalo!"