Studio

143 20 0
                                    

Murid-murid berhambur keluar dari kelas mereka demi melihat para laki-laki tampan yang sedang melatih gerakan mereka di aula. Banyak perempuan yang histeris melihat 7 orang yang berada di lapangan. Woozi yang ingin ke kantin mengerutkan alisnya bingung dan berjalan bertanya ke salah satu siswi.

Bukannya menjawab, dia malah ditarik paksa menuju aula bersamanya. Naik ke balkon dan duduk di depan dekat jeruji. Sempit dan sesak sekali. Dia mengedarkan matanya dan baru sadar tidak hanya perempuan yang memekik kegirangan, ternyata siswa juga mengeluarkan suara bass mereka dan memanggil-manggil 'Shua'.

Apa sih? Rame banget.

Hendak ingin berdiri tetapi terhadang belakang yang terus mendorongnya dan membuatnya malah tersungkur memegang besi dingin untuk menahan badannya.

Hah- ini keluarnya gimana.

Belum sempat dia membetulkan posisinya yang dengan terpaksa duduk kembali, suara teriakan para siswi memenuhi telinganya. Spontan tutup telinga dan mendelik kesal ke arah mereka.

Woozi mengedarkan matanya dan melihat ke aula. Terdapat 6 orang disana dan ditambah 1 orang yang hanya terlihat punggungnya saja. Posisi mereka membelakangi balkon sehingga seluruh siswa yang berniat untuk menonton mereka hanya bisa kecewa tetapi tetap setia bertengger di balkon memandangi dan menyemangati mereka.

Zi menoleh dan melihat perempuan yang menariknya tadi dengan malas. Punggungnya seakan ingin patah karna murid-murid yang saling mendorong dan beberapa siswa dengan berdosanya menyenderkan badan ke arahnya.

Dia mencoba segala cara mendorong siswa di belakangnya tetapi terlihat tidak berarti karna badannya lebih besar membuat dorongannya tidak berarti, mencari celah untuk keluar tapi tidak ada ruang untuknya, bak tumpukan zombie mengepung dirinya.

"Maaf bisakah kalian agak mundur?"

"Kyaaa-! Oppa melihat ke arahku-!!"

Saat Woozi sedang mencoba berbicara dengan belakangnya, para siswi memekik keras sekali membuat suaranya teredam sempurna. Woozi memukul-mukul siswa tadi dan berusaha mendorongnya.

Not work.

"Misi- please minggir, sesak." Bukannya minggir, siswa tersebut malah mematung kemudian berteriak senang bersama yang lain.

Posisi.

Woozi sudah tidak bisa mengganti posisinya yang semakin terhimpit tetapi berbeda dengan yang tadi posisi duduk. Sekarang dia menghadap ke mereka para zombie, berdiri dengan punggungnya menghantam besi cukup keras dan tangannya berusaha sekuat mungkin mendorong siswa di depannya ini.

Siswa di depannya tiba-tiba mematung dan berbalik arah. Celah kemudian terlihat, para siswa membuka jalan dan para siswi teriak histeris. Siswi yang tadinya tepat di sebelah Woozi membulatkan matanya dan menutup mulutnya kaget. Hal itu membuat Woozi bingung karna tidak bisa lihat apa-apa, tertutup siswa di depannya.

"Maaf bisa bergeser sedikit, sepertinya dia mau lewat tadi." Suara rendah tidak bersahabat terdengar di telinga Woozi.

Belum sempat menerka siapa yang berbicara tadi, siswa di depannya tiba-tiba bergeser dan Woozi dapat melihat laki-laki yang rambutnya basah oleh keringat dengan napas agak tersenggal berdiri di hadapannya.

Senyum kemudian terukir di wajah laki-laki itu yang sukses membuat siswi di sebelah Woozi memekik tertahan. Sedangkan Woozi yang bingung dengan kehadirannya pelan-pelan ikut bergeser seperti siswa di depan dia tadi menyisakan siswi yang tadi memekik tertahan menatap Hoshi horor.

Ya, yang datang tadi dan membelah lautan zombie adalah Hoshi.

Hoshi berjalan mendekat dan menarik tangan Woozi menyeberangi lautan zombie yang berteriak histeris ke arahnya. Turun ke bawah dan keluar dari aula. Setelah sampai di luar, sekolah terlihat sangat sepi karna sepertinya seluruh murid memang memenuhi aula dan membuat lautan zombie.

The ship is sailingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang