Chapter 10

1 1 0
                                    

Ara memutar-mutar pensil mekaniknya. Memikirkan rumus yang tepat untuk soal perpindahan kalor. Sesekali digunakan untuk mengetuk-ngetuk meja ketika hampir menemukan jawaban yang dicari. Lalu, Radit datang dengan cara membanting pintu.

"Kak Ara."

"Ketok. Pintu."

Radit kembali menutup pintu dan mengetuk pintu kamar. Lalu masuk lagi mendekati Ara.

"Kakak bantuin aku," pinta Radit.

Bahu Ara menegang. Terakhir kali Radit meminta tolong, permintaannya langsung membuat Ara sport jantung.

Radit memberikan buku paket matematika ke Ara lalu berkata, "bantuin ngerjain soal matematika."

Tanpa sadar, napas lega keluar dari hidung Ara. Merasa beruntung permintaan Radit bukan apa yang dipikirkannya.

"Dikira apaan. Bikin kaget aja. Coba Kakak liat soalnya."

Radit memberikan buku latihannya. Jarinya menunjuk ke satu halaman soal.

"Aku ngga ngerti semuanya."

Karena kamar Ara tak terlalu luas, keduanya memilih melanjutkan di ruang keluarga. Ara menganalisa soal dan membaca rumus-rumusnya. Tak butuh semenit bagi Ara untuk memahami semua soal itu.

"Jadi, mulai dari yang nomor satu ...."

Ara mulai menjelaskan secara rinci beberapa rumus sekaligus menggunakan salah satu soal menjadi contoh. Sulit untuk menjelaskan matematika tanpa praktek langsung.

" ..., sekarang kamu coba soal yang lain."

Menganggukkan kepala, Radit mulai menjalankan perintah kakaknya. Sedangkan Ara kembali serius menekuni materi yang ditinggalkannya tadi.

"Udah!" seru Radut dengan penuh kemenangan.

Cukup membuat Ara terkejut dengan cepatnya Radit menyelesaikan soal. Dia tahu adiknya sangat tak suka belajar. Jadi, membuat Radit menyelesaikan tugas drngan cepat adalah suatu keajaiban.

"Sini, Kakak koreksi," ucap Ara, menjulurkan tangan.

Radit menyerahkan hasil latihannya untuk diperiksa. Ketika dicek, semua jawabannya benar. Tapi ada satu masalah.

Ara pun bertanya, "mana rumusnya?"

Dahi Radit mengerut lalu berkata, "emang rumusnya harus ditulis?"

Ara hanya bisa menepuk jidat. Bertanya-tanya apa yang dilakukan adiknya selama di sekolah. Yang menjadi guru matematika Radit pasti orang yang sangat sabar.

"Rumus itu buat pembuktian dari jawaban kamu. Kalo misal jawaban kamu salah, kan bisa diliat letak salahnya terus dibenerin."

"Emang jawabannya ada yang salah?"

Ara diam sejenak lalu menjawab, "ngga ada, sih."

"Jadi ngga ada masalah, dong. Yang penting jawaban aku bener. Nilainya bagus, deh," sahut Radit.

"Ya ... bener, sih. Tapi kok kesel, ya?"

o-----o

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SIBLINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang