"Di dunia ini, nggak mungkin ada cewek sama cowok yang murni sahabatan. Pasti salah satu diantara mereka ada yang diem-diem suka."
Istilah ini gue dengar entah sudah ribuan kali diucapkan. Kok bisa gue bilang ribuan kali? Karena emang gue udah se-bosen itu dengerin kalimat ini.
Awalnya sih gue biasa aja, lama-lama gue muak.
Apa iya ada orang yang naksir sama sahabatnya pas dia tahu sahabatnya sendiri sampai ke bobrok-bobroknya?
Apa iya ada orang yang naksir sama sahabatnya pas dia tahu kalau sahabatnya ini beneran bukan tipe dia banget?
Apa iya ada orang yang naksir sama sahabatnya pas dia tahu kalau ngebayangin pacaran sama sahabatnya sendiri udah jijik duluan sangking menggelikannya?
Kalau gituh, gue gak bisa bilang apa-apa dah.
Gue punya sahabat cewek. Namanya Karenina Gayatri. Gue bisa menyebutnya sahabat ya...karena dia mencakup semua syarat sebagai sahabatnya Fabrizio Herlando Danusapati.
Kenal dari jaman baru masuk kuliah sampai semester akhir begini membuat gue mengenal sosok Nina dengan baik. Okelah dia tuh tertutup dan temennya bisa dihitung pakai jari. Tapi, kalau udah sama gue dia tuh emang seenaknya.
Bobrok, julid, nyusahin, tapi enak diajak curhat.
Cuma enak diajak curhat aja sih kelebihannya, sisanya penuh kekurangan aja tuh manusia.
Makanya gue bisa bilang kalau kita tuh murni cuma sahabatan. Dia bukan tipe gue banget.
"Ci, lo bisa bilang sekarang gak naksir Nina. Tapi, siapa yang tahu kalau seandainya tiba-tiba lo suka sama dia? Pas banget kan lo berdua sama-sama jomblo," celetuk Rayen, temen gue di kampus.
"Gak, Yen. Lo tahu sendiri gue dateng ke Nina cuma pas gue butuh dia doang, dia juga sama kali. Gue tahu busuknya dia, dia juga tahu busuknya gue gimana. Sama-sama busuk kan? Ya enggak mungkin saling suka lah," kata gue, yakin banget jawabnya di depan Rayen.
Reaksi Rayen apa? Ketawa. Gue nggak ngerti apa yang lucu, sampai dia ngomong lagi. "Kalau sampai ketahuan entah lo atau Nina yang suka duluan, gue ngakak langsung di depan kalian."
Setelahnya, gue merutuki diri gue sendiri dan harus siap diketawain sama Rayen.
Iya, gue suka sama Nina.
Gue gatau sejak kapan, karena butuh waktu yang lama buat sadar. Kenal sama dia hampir empat tahun dan gue sadarnya setelah kita sama-sama dipenghujung pendidikan yang kita jalani alias udah di semester akhir cuy.
Kadang gue membayangkan seandainya waktu itu diputar lagi. Gue pengen banget bilang ke Nina waktu kita belum temenan lama kayak sekarang. Kalau gue tuh suka sama dia. Gue juga ngebayangin setiap gue ke kondangan pas ditanya sama keluarga 'itu gandengan kamu siapa?' dan beraninya gue bilang 'ini pacar aku, namanya nina.'
Rasanya pasti bahagia banget. Apalagi kalau orangnya Karenina Gayatri.
Tapi, kayaknya semua cuma angan-angan deh. Gue yakinnya sih dia udah jadian sama si Reihan-Reihan itu.
Malam itu, gue iseng nelpon Nina di jam setengah dua belas. Kalau bagi orang lain itu akan menganggu dia, kalau bagi Nina itu anugerah. Soalnya di jam-jam seperti ini tuh pasti dia belum tidur.
"Halo, Ci..."
Baru aja berdering tiga detik, dia langsung angkat teleponnya. Gue berdehem sebentar, lalu ngomong. "Ngapain lo?"
"Basic banget pertanyaan lo," Dia ketawa, mukanya pasti udah kelihatan jengkel banget karena gue. "Tebak dong gue habis darimana."
"Habis dari rapat buat acara reuni. Iya kan."
KAMU SEDANG MEMBACA
#2 Friend To Lover (√)
Fanfictiondefenisi suka tapi gak bisa bersatu adalah fabrizio dan karenina.