CHAPTER 2

119 8 0
                                    

Aryn memasuki ruang staff lalu membereskan barang barang penting kedalam tasnya.

Aryn menghela nafas lega.“Selesai juga akhirnya.” Gumamnya.

Aryn sudah membantu para staff lain untuk persiapan comeback boyband inside. Kegiatan pembuatan MV atau singkatan dari Music Video sekitar 1 minggu lagi.

Aryn menengok ke arah pintu kaca ruang khusus staff yang terbuka, terdapat Saras yang baru saja datang.

“Lo mau pulang?” Tanya Saras.

“Mau ke cafe resto dulu, takut ada pekerjaan yang belum ke pegang sama karyawan.” Jelas Aryn.

Saras mengangguk, “Yaudah hati hati ya.”

Aryn mengangguk.“Emang lo gak mau pulang sekarang?"

Saras menggeleng. “Belom ada pekerjaan yang beres, dikit doang sih. Mau nyelesein dulu. pengen tidur nyenyak entar malem. Suka kepikiran kalo ada kerjaan yang belum kelar.”

“Yaudah deh, gue duluan kalo gitu.” Pamit Aryn sambil berjalan ke arah pintu.

“iya, Salam buat tante lo.” Jawab Saras.

Aryn memberi acungan jempol ke arah Saras lalu berjalan keluar ruangan.

Aryn berjalan ke arah lift dan menekan tombol 1. Saat pintu lift akan tertutup, Tiba tiba seseorang menahan lift itu lalu masuk kedalam.

Aryn tersentak kaget lalu menatap lelaki itu.“Loh? Temennya mas Kala bukan sih?” Lirihnya namun masih terdengar.

Jevo berdehem lalu membungkukkan badannya ke arah Aryn. “Jevo.” Ucapnya singkat.

Hari ini, Jevo terlihat mengenakan pakaian serba hitam. Dari kaos yang dilapisi jaket kulit hitam, jeans hitam, sepatu hitam, ransel yang hanya dikaitan dibahu kanannya, memakai kacamata minus- nya, dan masker putih yang hanya menutupi mulutnya saja.

Aryn yang salah tingkah ikut bungkukkan badannya, lalu tersenyum kikuk.

“Maaf.” Lirihnya lalu menatap kedepan dengan canggung.

Jevo mengangguk singkat lalu memainkan ponselnya sambil bersandar.

Aryn menggaruk kepalanya dengan gusar. Entah kenapa lift-nya terasa lama.

“Nama kamu?”

Aryn menengok ke arah Jevo.“Hah?”

Jevo mendengus sembari memasukan kedua tangan ke saku jeans yang ia pakai.

“Your name.” Ucapnya dingin.

“Aryn Mas.” Ucap Aryn pelan dengan gugup.

Jevo mengangguk lalu meletakkan ponselnya ditelinga saat handphone-nya berdering.

“Ya Ma?”

“....”

“Belum.”

“.....”

“Iya ini mau ke cafe resto dulu.”

“....”

“Iya Ma.”

“....”

“Hm, love you too.”

Aryn yang sedari tadi mendengar percakapan itupun seketika ia sedikit merasa iri. Ia tahu pasti yang menelfon ibu dari sang artis papan atas ini.

Ia menghela nafas.“Kayanya aku harus ke makam Ibu.” Gumamnya.

“Kenapa?” Tanya Jevo sembari menatap wanita disampingnya yang terlihat murung.

THE IDOL AND STAFF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang