Naik kelas adalah kenaikan pangkat bagi Kelas Satu, hal yang patut dibanggakan karena mereka sudah bisa menguasai Bahasa Arab dan Inggris lebih baik dari sebelumnya meskipun tidak lebih baik dari kakak kelas dan saatnya membuat anak Kelas Satu kebingungan, hal yang paling asik. Para santri baru akan bingung dengan bahasa yang digunakan semua santri lama, sedang kakak kelas akan membuat mereka menggunakan bahasa setiap saat dan setiap ada kesempatan. Apalagi kakak Kelas Dua.
"Ukhty, beli di kantin ada jual kaos kaki, kan? Punyaku hilang" Ucap salah seorang santri kelas satu baru pada Tika.
"Billughoh arobiyah, Ukhty" jawab Tika yang tidak menjawab pertanyaan si anak baru sama sekali. Dan si anak baru pun semakin susah hatinya karena dia baru satu bulan menjadi santri dan belum tahu apa arti 'hilang' dan 'punyaku' serta lupa arti kata 'beli', 'kantin', dan 'kaos kaki'.
Sungguh menyenangkan bagi Kelas Dua untuk menjadi lebih powerful dari sebelumnya, tidak lagi menjadi yang paling polos karena sudah ada yang lebih polos, sudah mengerti seluk beluk pondok dan tidak perlu takut atau ragu melakukan apapun seperti tidak akan ragu untuk menggeser jemuran yang sudah setengah kering ketika sedang butuh ruang jemuran, atau lebih mudah untuk mendapat antrian dan tidak takut lagi untuk meminta izin mandi duluan karena sedang ingin buang hajat dan lebih baik sekalian mandi agar lebih mempersingkat waktu. Sangat menyenangkan menjadi Kelas Dua, sedikit powerful.
Ajaibnya hanya ada satu wajah yang bersedih dengan euforia kenaikan pangkat tersebut. Yosi bahkan belum pernah mengobrol banyak dengan satupun anak Kelas Satu atau anak Kelas Satu Intensif, dia tidak juga mencoba untuk mendekati sama sekali seperti yang dilakukan Rini, Rika dan beberapa kakak kelasnya sekarang dan terdahulu. Untuk membuat aliansi sejak dini atau untuk manfaat pribadi, Yosi tidak paham konsep seperti itu. Bahkan mendapat Ustadzah Laila, Ustadzah Pengasuhan alias Ustadzah Riayah alias semua hal yang paling tidak diinginkan oleh setiap angkatan, karena siapa yang mau mendapat Ustadzah Riayah sebagai wali kelas? kecuali Kelas Enam dan Kelas Tiga, tapi entah apa salah angkatan Yosi sehingga mereka mendapat hidayah lebih cepat dari biasanya.
"Ngapain sih kok wajahmu sedih terus. Anak-anak pada bingung loh kamu banyak diam sekarang itu, padahal sebelum liburan cerewet banget. Bahkan kakak kelas juga heran, loh" tanya Tika yang sudah menjadi teman sebangkunya, di bangku paling belakang.
"Sebelum liburan kan masih ada Ustadzah Ali, masih ada Eka, Elsa, Oliv, dan Laras. Sekarang kita tinggal sebelas. Trus tahun depan siapa lagi?"
Menjadi wali Kelas Satu merupakan dedikasi besar beliau sebelum hengkang dari pondok, setelah tujuh tahun pengabdian. Bukan hanya Yosi dan kawan-kawan yang sedih namun seluruh santri pun juga sedih karena Ustadzah Ali adalah cinta pertama para santri, idola seluruh santri, panutan dan semua yang diinginkan oleh santri ada pada Ustadzah Ali. Energi, kecerdasan, multitalen, pembimbing yang baik, pendengar yang baik, semuanya ada pada Ustadzah Ali. Kehilangan beliau seperti kehilangan harta yang bahkan tidak bisa dibeli karena uang terlalu murah.
"Tahun depan kan Kelas Tiga, jadi kayanya nggak ada yang pidah, kan udah mau UAN" jawab Tika.
"Tahun depannya lagi? Semua pasti menghilang" keluh Yosi.
"Kamu juga mau keluar, to?" tanya Tika, membuat Yosi pun juga berpikir apakah dia harus keluar atau tidak.
Saat memasuki semester dua kelas satu dulu, dia sangat semangat melakukan aktifitas menjadi santri, siap menjadi santri seutuhnya, karena dia memiliki semuanya, angkatannya adalah the dream team bagi angkatan lain. Penuh dengan talenta pada masing-masing anak, bahkan mereka sudah memiliki band mereka sendiri, penyanyi dan qori' Qur'an sendiri, seniman jago gambar mereka sendiri. Sangat beruntung dan menyenangkan sampai Yosi tidak paham dan menerima ketika Elsa yang memang sejak awal tidak mau mondok akhirnya menyerah setelah satu tahun mencoba, saat Eka yang hampir depresi karena terpaksa pun juga harus pulang, ketika Oliv yang mempunyai mawalah keungan akhirnya orangtuanya membawanya pulang dan Laras yang punya masalah dengan kakak kelas pun juga tidak betah dan akhirnya pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
What next? Who Next?
Teen FictionYosi, Dina, Puput, Luluk dan Hanum bertemu dalam pesta pernikahan Tata. Enam perempuan bersahabat tersebut menerka-nerka mengapa salah satu sahabat mereka, Tika tidak datang. Dalam pesta pernikahan (slash) reuni yang berlangsung selama kurang lebih...