9. Momen Terbaik

149 24 0
                                    

Typo bertebaran!
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading<3!

<<>>

Kini mereka terjebak hujan saat bermain sepeda, juga meneduh disalahsatu warung kecil.

"Ternyata kalau di sekeliling kita pohon, ujan kayak gini malah bikin dingin." ujar Charissa, sembari menggosok kedua tangannya.

"Oh, iya. Neth, lo kedinginan gak?" tanya Deven pada Anneth.

"Hah? E-enggak, kok." jawab Anneth acuh.

"Neth, muka lo pucet? Lo sakit?" tanya Deven, sembari menghadapkan wajah Anneth ke hadapannya.

"Ck, gue gak kenapa-napa!" decak Anneth sebal, sembari menepis tangan Deven yang memegangi wajahnya.

Charissa mencoba menenangkan dirinya, ia tidak boleh cemburu disaat seperti ini.

"Gue pakein jaket, ya!" seru Deven, lalu segera melepas jaket yang ia pakai.

Namun saat akan memakaikan jaket itu ke Anneth, gadis itu malah menolaknya. "Dev, yang kedinginan itu Ucha! Lo harusnya kasih jaket lo ke Ucha! Gue 'tuh gak kenapa-napa!"

Deven melirik Charissa sekilas, sepertinya gadis itu hanya kedinginan. Lagian ia memakai hoodi, sedangkan Anneth hanya memakai kaos pendek.

"Tapi muka lo pucet!" seru Deven.

"Emang kalau muka gue pucet gue kedinginan?"

Deven menyerah, sepertibya mau dipaksa seperti apa pun Anneth tidak akan mau memakai jaketnya. Ah, sungguh gadis yang keras kepala!

"Eh, jaket gue mau dikemanain?!" seru Deven, saat Anneth mengambil paksa jaketnya.

"Pake jaketnya, jangan sampe penyakit lo kumat disini." ucap Anneth, sembari menyampirkan jaket Deven ke badan Charissa.

"Tapi peny--"

"Syut! Gue gak apa-apa. Jangan sampe orang-orang khawatir sama lo." potong Anneth, seraya menampilkan senyum tipisnya.

"Makasih, Neth." tutur Charissa.

Ah, terlalu munafik jika Deven tidak suka pada Anneth. Sepertinya dirinya dan Deven hanya ditakdirkan sebatas sahabat. Ya. Charissa yakin! Ia harus membuang jauh-jauh perasaannya pada Deven ini.

"Lo serius gak kenapa-napa?" tanya Deven lagi.

"Astaga, gue gak apa-apa!" jawab Anneth kesal.

Ia harus bisa menahan rasa sakit kepalanya, tidak boleh ada yang tau tentang keadaannya.

"Eh, hujannya reda. Balik, yuk!" ajak Joa.

"Iya, mending kita balik ke Vila. Daripada nanti hujan lagi, neduh lagi kita." timpal Nashwa.

"Oke, deh." kompak semuanya.

Akhirnya mereka membayar minuman hangat yang mereka pesan, lalu segera menaiki sepeda untuk kembali ke Vila.

Deven merasa ada yang aneh saat Anneth naik pada boncengan sepedanya, kenapa menjadi lebih berat?

"Neth, kok jadi berat?" tanya Deven.

Anneth tidak menjawab, ia malah terkekeh.

"Astaga, Neth! Bar-bar banget lo!" teriak Deven, saat mendapati Anneth menghadap belakang.

Sontak semua menggeleng pelan, Anneth ini memang tiada tanding.

"Hati-hati jatuh, Neth!" teriak Gogo, dengan kekehannya.

ONLY MINE [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang