Surat kedua Namjoon

785 155 59
                                    

Namjoon tersenyum lebar, menyambut hari baru diluar sana. Semalam, ia usai membuat janji dengan Hoseok. Bahwa dua pemuda itu akan jalan-jalan berburu kuliner seharian. Membuat Namjoon di hari ini begitu semangat, juga bahagia.

Saat semua sudah siap, Namjoon berjalan kearah garasi rumahnya. Mengambil motor besar kesayangan disana, lalu segera melajukan pada halaman rumah Hoseok. Memanggil nama pemuda kecil itu beberapa kali.

"Hoseok, woy! Jangan ngebo deh, gue udah siap ini! Ayok makan-makan" Namjoon mengetuk pintu rumah milik Hoseok beberapa kali.

Namun tak terdengar pergerakan sedikitpun dari dalam sana. Namjoon memilih untuk mengintip di jendela besar disamping pintu, menatap rumah Hoseok yang terlihat kosong.

"Kemana deh?"

Namjoon menghubungi nomor telepon milik Hoseok, tak kunjung mendapat jawaban dari seberang sana. "Lho? Kerumah Mama di kampung apa ya?"

Namjoon menghela napas berat, seraya menatap penampilannya didepan jendela besar itu.

"Anjay ganteng" Namjoon terkekeh kecil, lalu segera berjalan menuju motornya sembari menendang batu kecil yang ada dihalaman rumah Hoseok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anjay ganteng" Namjoon terkekeh kecil, lalu segera berjalan menuju motornya sembari menendang batu kecil yang ada dihalaman rumah Hoseok.

Pemuda jangkung itu menghela napas beberapa kali, seraya menatap rumah milik Hoseok dihadapannya ragu. "Besok aja kali ya,"

Jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Namjoon menanti Hoseok untuk kembali dari kampung halaman Mama nya. Namjoon menanti Hoseok untuk menghubunginya. Namjoon menanti Hoseok untuk menyerukan namanya. Lagi.

Namjoon tak pernah lelah, menanti tanpa harapan. Namjoon tak pernah mengira, bahwa Hoseok akan pergi terlalu lama dari dirinya. Satu tahun, bukan waktu yang sebentar bagi pemuda jangkung itu.

Beberapa minggu saat Hoseok tak terlihat lagi oleh Namjoon, pemuda jangkung itu dinyatakan lulus kedalam universitas disana. Bahagia bukan main, terus menghubungi nomor telepon milik Hoseok. Namun sama saja, tak mendapat jawaban.

Namjoon mencoba memahami situasi, merenungkan kembali perbuatan juga perkataan yang membuat Hoseok pergi seperti saat ini. Terlalu lama, Hoseok terlalu lama jauh dari dirinya.

Namjoon kecewa, bukan kepada Hoseok. Tapi kepada diri sendiri. Seharusnya, saat malam setelah kelulusan ia terus memeluk Hoseok didalam kamar pemuda kecil itu. Bukan malah memutuskan untuk pulang. Seharusnya, saat malam setelah kelulusan ia terus menggenggam erat tangan Hoseok. Bukan malah melepaskan genggaman mereka.

Seharusnya, saat malam setelah kelulusan. Ia menyadari, bahwa barang-barang dikamar Hoseok telah rapih terkemas. Tidak semua, hanya yang menurut pemuda kecil itu sebuah kenangan saja. Namjoon cukup sadar, untuk mengetahui apa saja yang dikemas oleh Hoseok.

Anak Band  • namseok • [ End ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang