Saat ini ruang rapat terlihat tegang perdebatan yang terus terlontar dari tiap perwakilan divisi dan manajer mendadak memanas. Semua ini terjadi karena saat ini mereka sedang disibukan dengan laporan akhir tahun yang harus mereka susun
Suasana di ruang itu mendadak menegang Dita yang mendampingi Rio pun dibuat pusing, hari ini tepat hari ke 100 dirinya berkerja dan setiap harinya makin melelahkan untuknya. Terlebih akhir akhir ini Bagas selalu meluapkan amarah padanya bahkan kesalahan kecil yang bulan lalu ia lakukan masih di bawa di evaluasi sampai saat ini bahkan Dita merasa jika mulut pedas Bagas seperti wanita yang selalu mengaitkan masalah yang telah berlalu
Saat ini giliran divisi Dita yang dikoreksi habis habisan oleh Bagas Dita menegang saat Bagas terus menerus menegur kedisiplinan divisinya bahkan Bagas sempat sempatnya membahas keterlambatan Dita diawal ia bekerja di sini. Mata Dita sudah memerah dan siap menumpahkan air matanya terus terusan disalahkan dengan kesalahan yang telah lalu sejujurnya membuat dirinya sakit hati terlebih Bagas menegurnya dihadapan semua perwakilan divisi yang sedang melakukan rapat
Rio terus menatap ke arah Dita yang sedang menunduk dalam Rio mengerti Dita pasti merasa tertekan sekarang. Rio bahkan tidak mengerti setan dari mana yang berhasil memasuki diri Bagas sampai sampai ia dengan tega memarahi bawahannya bahkan untuk kesalahan yang telah berlalu
Tak tahan dengan rentetan kalimat pedas yang terus menerus Bagas lontarkan dengan keberaniannya Rio mulai menginterupsi
"Maaf pak mengintrupsi, apa tidak lebih baik kita fokuskan pada masalah awal? Saya rasa ini sudah terlalu jauh dari bahasan utama kita"
Mendengar kalimat yang Rio lontarkan sukses membuat mata kecil Bagas mendadak melebar tak terima
"Kamu pikir saya begini buang buang waktu? Saya sedang mengevaluasi kinerja kalian come on ini udah periode akhir tahun dan kinerja tim kamu yang terburuk, laporan telat, bawahanmu yang seenaknya apa kalian merasa ini perusahaan kalian? Perusahaan membayar kalian untuk kerja keras kalian bukan berlaku seenaknya datang terlambat, melakukan istirahat tidak di jam yang seharusnya? Mau sampai kapan kamu memaklumi bawahan kamu yang berlaku seenaknya?"
Dita terkejut dengan perdebatan yang terjadi Dita mengerti Rio sedang membelanya saat ini untuk itu Dita langsung memegang tangan Rio yang sedang meremat pulpen dengan kuat di bawah meja nampak sedang menahan emosi sampai buku jarinya terlihat memutih dan guratan urat tangan yang timbul
Merasa tangan dingin menyentuhnya Rio menyadari sekarang Dita mencoba menghentikannya tapi Rio benar benar tidak terima jika tim nya direndahkan seperti ini jika memang timnya membuat kesalahan salahkan lah dirinya yang tak bisa membawa timnya jangan salahkan orang orang di dalamnya bahkan Rio yakin Bagas tidak pernahbtau bagaimana timnyanselalu bekerja keras berusaha untuk memberikan yanh terbaik
Rio menatap Dita sekilas terlihat saat ini Dita menggelengkan kepalanya untuk menghentikan apa yang ingin dilakukan Rio
Kegiatan Rio dan Dita pun tak luput dari tatapan tajam Bagas yang sedari tadi memperhatikannya
Akhirnya Bagas mengalah menghela nafas kasar dan meminta maaf
"Baik pak, atas nama tim divisi saya, saya minta maaf" tandasnya
Bagas yang melihat hanya mengeluarkan smirk andalannya tanpa menanggapi permintaan maaf tulus Rio
Terhitung sudah 4 jam mereka melakukan rapat besar besaran sampai akhirnya rapat bisa selesai, satu persatu peserta rapat itu mulai meninggalkan ruangannya dan kembali pada tugas nya masing masing termasuk Dita dan Rio
Bagas masih berada di ruangan itu saat ia melihat Dita dan Rio berjalan beriringan ada rasa marah yang tak dapat dijelaskan oleh Bagas saat ini
Dita dan Rio kini tengah berada di daerah kubikel divisi mereka semua tim menunggu dengan cemas atas hasil rapat yang dilakukan berjam jam itu. Namun ada hal yang berbeda karena saat sampai kubikelnya Dita tak mampu lagi menahan rasa sedihnya air matanya jatuh begitu saja meski Dita mencoba menyembunyikannya namun Rio sadar akan hal itu langsung menghampiri Dita dan berbisik jika tidak papa jika Dita ingin menangis yang akhirnya membuat air mata Dita semakin berucucuran tak terbendung
KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable (Wengahope)
Roman d'amourMasalalunya yang membuat Bagas menjadi kaku sekaku papan, akankah Dita mampu meluluhkan dinding tinggi yang telah dibangun bagas atau menyerah ketika semuanya sudah tak searah? terlebih Dita sempat dibenci hanya karena memilki nama yang serupa de...