Tidak seperti dugaan Dita meski Rio terlihat brandit dengan seabrek barang mewah yang sedang dipakainya sekarang ternyata Rio lebih memilih untuk sarapan di warung tenda bubur sederhana tpinggir jalan ia fikir setidaknya Rio akan mengajaknya untuk sarapan di salah satu restoran cepat saji yang ada di sebrang jalan
Rio yang melihat Dita hanya diam memulai kembali percakapan "kenapa? Ngga suka tempatnya? Apa mau pindah aja ke McD depan?" Tawarnya
Dita sama sekali tidak keberatan toh selama ia kuliah pun dirinya sering makan makanan di tempat seperti ini hanya saja Dita bingung harus membicarakan apa. Dita memanglah tipikal yang tidak akan banyak bicara pada orang yang pertama kali ditemuinya
"Ah engga ko, saya sering makan di tempat kaya gini cuma bingung aja mau ngajak ngobrol apa" elaknya sembari mengibaskan tangnnya di depan wajah
"Oo by the way jangan kaku gitu lah aku kamu atau panggil nama aja ngga usah saya sayaan kaku banget kesannya"
"Abis saya eh aku ngga enak pak Rio jugakan atasan aku" belanya disertai wajah memelas tanda gugup, Dita yakin jika saat ini teman teman sablengnya bersamanya pasti Dita habis diledek karena bahasanya yang terlalu kaku dan terkesan sok menjaga image
Mendengar Dita yang gugup membuat Rio tertawa pelan "santai aja, apalagi itu tadi panggil aku bapak emang keliatan udah setua itu ya?"
"Ya engga sih cuma-"
"Dah lah ya umur kita ngga jauh beda paling beda 2 taunan panggil nama aja" Rio langsung mengulurkan tangannys ke depan Dita "o iya kita belum kenalan proper kenalin Wahyu Satrio Mukti orang orang sih biasa manggil sayang" candanya
Dita dibuat terkekeh dengan jokes garing Rio "mau banget emang di panggil sayang?"
Rio juga tertawa mendengar penuturannya sendiri "haha jangan deh nanti kamu sayang beneran bisa brabe saya" candanya lagi
Melihat Rio yang memperlakukannya seperti teman membuat Dita sangat bersyukur setidaknya 2 dari 3 orang yang ia temui hari ini sangat baik dan welcome terhadap keberadaannya
Setelah masing masing dari mereka menghabiskan semangkuk bubur dengan khidmat, karena Dita akui bubur yang baru saja ia makan terasa enak di lidahnya pantas saja tempat ini sangat ramai fikirnya.
"Jadi kamu udah lama kerja di sini?" Dita kembali membuka percakapan karena saat ini dirinya mulai merasa nyaman berada di dekat Rio sehingga Dita tidak ragu untuk bertanya lebih dulu
"Mm kalo di Bandung sih baru mau setaun ini lah, tadinya sih aku di kantor pusat Jakarta cuma si Bagas minta buat pindah"
Dita mengerutkan kedua alisnya sebentar bagimana bisa Rio menyebut pak Bagas sesantai itu
Mendapat sinyal jika Dita kebingungan karena dirinya memanggil Bagas sesantai itu Rio langsung kembali bertanya "Ko diem? Iya Bagas yang manajer itu" koreksinya
"Ooh" sahut Dita seraya menganggunk nganggukan kepalanya
"Bagas itu temen se geng dulu pas SMA kebetulan dia bisa di bilang sih seniorku juga cuma ya kita deketnya karena di kenalin sama temen masing masing gitu"
Dita mengagguk kan kepalanya tanda paham "Pantes tadi kaya santai banget bilang pak Bagas ngga pake embel embel pak"
Rio tersenyum sejenak lalu menjawab pernyataan Dita "Ya kalo di kantor sih tetep pake pak dong gimana juga aku harus profesional diakan tetep atasan ku juga" Rio tiba tiba mendekatkan wajahnya ke arah Dita "lagian ini di luar kantor ngga ada yang bakalan ngadu" bisiknya pelan
Dita mengangguk anggukan kepalanya tanda setuju "tapi ko bisa kalian beda sifat gitu bisa temenan sepenglihatan aku CMIW kamu kaya ceria ceria gitu tapi yang satunya-" Dita sempat membayangkan kejadian pertama kali ia bertemu mengingat netra dingin Bagas saat mereka berpapasan membuat Dita bergedik merinding Bagas seperti mahluk tak tersentuh "nyeremin raut nya kaya suram gitu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable (Wengahope)
RomansaMasalalunya yang membuat Bagas menjadi kaku sekaku papan, akankah Dita mampu meluluhkan dinding tinggi yang telah dibangun bagas atau menyerah ketika semuanya sudah tak searah? terlebih Dita sempat dibenci hanya karena memilki nama yang serupa de...