-mungkin lupa adalah obat termanis untuk pergimu, namun tak satu pun kutemukan caranya-
—Abelita Safiyya Alamsyah.
Hening diantara keduanya, mereka sama sama bungkam. Tidak ada satu pun yang membuka suara, hanya ada suara mesin mobil yang terdengar. Abey menatap jalanan dan bergulat dengan pikirannya sendiri. Faldi akhirnya membuka suara, karna dia pikir dia memang harus bertanya ada apa dengan perempuan ini. Sedari tadi hanya diam, bahkan melihat ke arah nya saja tidak.
"Tadi abis dari mana?" tanya Faldi.
"Restaurant Asaticca,"
"Sampe malem gini? Ngapain aja?"
"Hm, kepo banget si nanya nanya," jawab perempuan itu kesal. Pasal nya hari ini ia sedang kacau, pikirannya berkecamuk, mood nya sedang tidak baik. Ia sedang tidak ingin bicara oleh siapapun saat ini.
"Sorry."
Keadaan kembali hening seperti semula, Abey ingin cepat cepat sampai rumah. Tapi perjalanan masih jauh, lalu ia memejamkan matanya seraya menenangkan pikirannya.
ting-
Notifikasi handphone dari perempuan itu berbunyi. Dengan cepat Abey mengambil ponselnya dan melihat siapa yang mengirimnya pesan.
+628589796xx : Gue bukan pembunuh. Dan gue gapernah bunuh kakak lo.
Abey sangat syok dengan pesan yang ia buka, tubuh nya lemas, pundak nya langsung turun, mata nya merah dan ada genangan air disana. Dengan sekuat tenaga dia menahan diri agar tidak menangis. Dari mana dia tau nomor nya? Saat itu juga Abey berfikir tentang mamanya, pasti mama nya lah yang memberi nomornya ke cowo brengsek itu.
Faldi bingung, semakin banyak pertanyaan pertanyaan yang terlintas di fikirannya, mengapa perempuan di samping nya seperti ingin menangis?
"Lo kenapa?" tanya cowok itu.
"Bisa cepetan dikit ga bawa mobil nya?" Abey tidak menjawab pertanyaan nya. Abey berbicara dengan nada gemetar dan tak terasa air mata nya sudah jatuh. Dia benar benar tidak bisa mengendalikan emosinya.
"Jawab dulu," paksa cowok itu.
"Gausa banyak tanya, kalo gabisa ngebut gue turun aja," Abey seketika ter ingat kembali akan kejadian waktu itu yang menimpa kakak nya. Apapun yang bersangkutan dengan kakak nya dia sangat sensitif. Rasanya sakit. Dada nya sangat sesak, kepalanya pusing, tubuhnya lemas. Ia memegang ponsel nya di depan dada yang ia gunakan untuk menopang dagu nya.
••••
Mobil itu sampai di depan gerbang rumah nya. Terlihat satpam yang membuka kan pagar dan ada dua mobil disana, yaitu milik papa dan mama nya. Abey membuka pintu mobil dan keluar. Abey rasa ia sudah tidak bisa lagi menahan dirinya, kepalanya sangat sakitt. Sambil memegang kepalanya yang sakit, dia memegang kuat mobil di samping nya untuk menopang dirinya agar tidak jatuh. Di detik berikut nya,
Bugh-
"ABEY." teriak cowok itu.
"Non bangun non," ujar satpam rumah nya.
"Pak ayo kita bawa ke dalem," ujar Faldi dan di angguki oleh satpam tanda setuju.
"Ya ampun Aya sayang, bangun nakk." Syahla menepuk pipi anak nya pelan untuk memastikan keadaan anak nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A B E Y
Teen FictionAbelita Safiyya Alamsyah adalah siswi cantik di SMA Florenst. Abelita yang sering di sapa Abey memiliki wajah dingin dan bahkan jarang senyum. Abey juga memiliki darah campuran yaitu Indo dengan Rusia, menjadikan dia perempuan cantik. Abey lumayan p...