-memilikimu adalah halusinasi, kamu objek yang nyata namun terasa fatamorgana-
—Rayhan Faldiano Roberts.
"Lo kenal Lea?" tanya Abey berharap pria disampingnya hanya mengenal namanya saja tidak tahu apa permasalahan dirinya dengan perempuan itu.
"Ga kenal sih, semalem dia minta di save nomornya sama gue, tapi menurut gue gapenting sih buat nyimpen nomor orang yang engga gue kenal, apalagi cewek," ujarnya menjelaskan, raut wajahnya tenang sekali. "Gue gaada apa apa sih sama Lea, kemarin dia songong aja sama gue. Mangkanya gue ribut sama dia," lagi lagi Abey harus berbohong dan menutupi semuanya. Sampai kapan ia harus seperti ini?
"Ohh gitu." kali ini Faldi percaya saja apa yang diucapkan Abey, pasalnya ia tahu bahwa perempuan ini tidak suka basa basi apalagi jika ada yang berani mengusik hidupnya. Ia tidak segan segan akan melakukan hal yang kurang pantas terhadap orang itu.
••••
Hari senin adalah hari dimana semua murid malas untuk pergi kesekolah. Bukan hanya malas untuk upacara, namun terlalu banyak pelajaran dihari ini. Gadis cantik yang memakai seragam sekolah dengan rambut di kuncir dan jam tangan putih miliknya tengah memasuki lapangan utama. Matanya menyipit ketika melihat tiga orang temannya sedang duduk didepan mimbar dengan tas yang masih ia bawa. Jam sudah hampir menunjukkan pukul 06.30 mengapa teman temannya belum masuk dan menaruh tasnya ke kelas? Padahal hari ini mereka semua harus mengikuti kegiatan pagi di hari senin, upacara yang di tugasi oleh petugas upacara.
"Tumben amat Bey dateng hampir bel masuk," ujar Zila dengan nada bertanya.
"Buku pr gue ketinggalan, tadi gue balik dulu. Terus sampe sini hampir telat," jawabnya seraya menatap teman temannya.
"Kita semua nungguin lo, kita fikir lo ga masuk," ujar Rara menatap kearah Abey. "Yaudah yuk ke kelas, nanti keburu bel," ajak Innes kepada teman temannya.
Keempat gadis itu kini berjalan menuju kelas X IPA 1, bel masuk sudah berbunyi. Itu tandanya seluruh murid harus segera menuju lapangan utama untuk mengikuti upacara pagi. "Nanti main yu?" ajak Rara sambil mengambil topi di dalam tasnya.
"Yuk dimana?" tanya Innes.
"Dirumah gue aja," tawar Abey dan segera disetujui oleh teman temannya.
"Nanti pulang sekolah bareng aja," usul Zila.
"Boleh tuh, satu mobil sama gue aja, gue bawa mobil," ujar Rara dan ketiga temannya setuju.
"Oke."
••••
Sudah hampir seluruh murid memenuhi lapangan utama, sebentar lagi upacara akan segera dimulai. Namun sialnya Faldi harus terjebak padatnya Ibukota, karena kesalahan ia sendiri yang bangun terlalu siang. Sekarang ia harus pasrah jika nanti ia dihukum oleh Bu Anita, guru BP sekaligus guru killer disekolahnya. Selain Bu Anita, Bu Silvi juga terkenal sangat galak. Jika sudah kena hukum dengan keduanya, jangan harap ada keringanan hukuman bagi pelanggar.
"Bolos aja kali ya gue?" tanyanya bermonolog.
Lampu lalu lintas yang semula berwarna merah kini berganti dengan hijau. Itu tandanya masih ada harapan untuk menerobos jalanan menuju kesekolahnya. Dengan kecepatan tinggi ia menyelip seluruh kendaraan yang masih memadati jalanan. Faldi kini telah sampai disekolahnya. Jam sudah menunjukkan pukul 07.01 itu tandanya ia telat satu menit untuk mengikuti upacara kali ini. "Semoga gaada yang engeh gue telat, aamiin" ujarnya berharap.
KAMU SEDANG MEMBACA
A B E Y
Teen FictionAbelita Safiyya Alamsyah adalah siswi cantik di SMA Florenst. Abelita yang sering di sapa Abey memiliki wajah dingin dan bahkan jarang senyum. Abey juga memiliki darah campuran yaitu Indo dengan Rusia, menjadikan dia perempuan cantik. Abey lumayan p...