Bagian 7 : SELESAI

533 26 3
                                    

Sekarang, pukul 14.45 sore. Di taman Raya pusat, Rita menunggu kedatangan sang tuan untuk meminta penjelasan tentang sangsi yang di ucapkan Selena.

Bermodal kan poto yang Selena tangkap dengan kamera ponsel nya, Rita bertekad meluruskan semua nya. Antara lanjut atau..

Berpisah.

20 menit ia sudah menunggu sedari tadi, tapi Dirga tak kunjung memperlihatkan batang hidung nya. Rita menghela napas gusar, mencoba menetralisir degupan kencang yang tertera di dada nya.

“Maaf ya lama, aku tadi ada urusan sebentar.”

Rita memasang senyum simpul di bibir nya, Sibuk ya?

“Iya, duduk dulu. Kamu mau minum?” tawar Rita, melihat Dirga yang tengah mengatur napas nya.

Dirga mengangguk, lalu menyambar botol air mineral yang Rita pegang sedari tadi.

Sebenarnya Rita tahu, sebelum pergi kesini lelaki di depan nya ini menghampiri Chika. Yang kata nya mag kambuh, ia tak tahu apakah itu benar adanya atau cuma alibi semata yang dibuat oleh Chika untuk menarik perhatian Dirga.

Tentu saja, Rita tahu itu dan tidak usah tanya ia mengetahui nya dari siapa.

“Jadi, kamu mau ngomong apa?” tanya Dirga setelah hening beberapa saat.

Rita menatap semu rumput-rumputan yang tertanam tepat di depan nya.

“Kamu masih sibuk?”

Dirga bingung, “Enggak terlalu sih, emang kenapa sih? hari ini kamu aneh banget.”

Rita memutar badan nya tepat menghadap sang kekasih, “Kita udah berapa lama pacaran?”

“3 tahun kan? annver—”

“Bukan Dirga, bukan itu..” sela Rita dengan cepat, oh tidak rasa sesak itu sudah kian mendera di dada nya.

Rita buru-buru menyodorkan foto yang di kirim oleh Selena lewat handphone.

“Bisa kamu jelasin apa maksud dari foto itu?” tanya Rita dengan suara parau dan bergetar.

Foto itu terdapat Dirga yang sedang duduk di bale, merangkul pinggang seorang perempuan dan menumpu kepala. Terlihat begitu mesra, bahkan Rita dan Dirga pun jarang melakukan nya.

Dirga termenung sejenak, lalu beralih menatap Rita penuh waspada.

“I--itu gak seperti yang kamu liat Ta.”

Rita menarik napas, “Ya terus gimana? hm? siapa dia? gebetan baru kamu?”

Lagi dan lagi, Dirga hanya diam.

“Ngomong Dirga! aku minta kamu bicara tentang foto ini.” Rita menyentak, tanda emosi nya yang sebentar lagi benar-benar memuncak.

Dirga menarik napas, netra nya terlihat panik, wajah nya muncul semburat merah.

“Aku nyaman sama dia Ta.”

Rita meremas ujung baju nya, menahan rasa sakit yang menyerang raga dan jiwa nya. Bagai di tusuk ribuan belati, gadis itu memejamkan mata untuk meredam rasa sakit.

“Terus selama ini? aku sabar sama sikap kamu, aku rela ngalah buat kamu, aku rela batin aku tersiksa cuma buat kamu Ga. Terus selama ini aku kurang apa buat kamu?! hah?!”

Dirga diam, menahan emosi nya yang bergejolak. Rasa bersalah juga mulai mengelilingi sanubari nya, tapi sepertinya itu percuma.

“Aku minta maaf kalo aku gak bisa jadi wanita yang kamu mau, kamu berhak cari yang lain. Ini jalan terbaik buat aku dan keputusan ini udah mutlak..”

Ku Kira Kau Rumah : KDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang