Rita tak habis pikir dengan jalan pikiran Dirga, lelaki itu selalu mau menang sendiri. Bertahan dengan Dirga yang keras kepala sekaligus egois selama 3 tahun terakhir bukan lah hal yang mudah bagi Rita.
Rita pernah sesekali mengeluh kepada ibu nya yang ada di kampung, lalu beliau menjawab
‘Ta, dengerin ibu. Kamu kudu sabar ya, kamu yang cinta sama Dirga kamu juga yang pacaran sama Dirga jadi kamu harus bisa tanggung konsekuensi nya. Kalo kamu gak kuat, coba bicara baik-baik sama Dirga. Jangan di bawa emosi, karena orang yang gampang emosi itu di bawah pengaruh syaitan. Kalo nanti emang gak berjodoh sama Dirga, gak apa-apa. Berarti Allah menyiapkan seseorang yang lebih baik dari Dirga.’
Dirga tak sepenuhnya salah, sifat nya juga tak selalu egois dan keras kepala walaupun selalu Rita yang mengalah.
“Ta, ada masalah?”
Rita menggeleng sambil tersenyum muram, “Gak ada kok. Ehm, makasih ya.. Ten.”
Lelaki manis itu tertawa, “Iya, sama-sama. Kalo ada masalah, jangan sungkan buat cerita sama gue.” kata nya, masih tersenyum seperti sedia kala.
Rita menunduk, merasakan genangan air di pelupuk nya. Menahan segala desakan tangis yang bergemuruh di mata nya. Ia berandai jika Dirga yang mengatakan kalimat itu padanya.
“Ta, jangan nangis lagi.”
Rita langsung mendongak sambil tertawa canggung, “Maaf Ten, lo boleh duluan kok. Sekali lagi makasih udah mau bantuin gue.”
Ia malah terkekeh, “Lo itu makasih mulu dah. Gue ikhlas banget bantuin lo, kalo butuh temen cerita lo bisa dateng ke gua kapan aja.”
Rita mengusap tengkuk nya tak enak, “Aah, gitu ya.” lalu ia menghela napas, pasrah.
“Pacar gue egois.”
Ten terdiam mendengar penuturan Rita yang tiba-tiba. Ia memilih diam, menyimak.
“3 tahun kita pacaran, makin lama gue ngerasa makin gak cocok. Setiap kesempatan pasti kita berantem, bahkan masalah sepele sekalipun.” gadis itu menahan isakan nya.
Rasanya sangat menyakitkan.
“Gue sayang banget sama dia, gue selalu ngikutin apa yang dia mau, gue selalu ngalah dan ngertiin keadaan dia. Tapi apa? dia gak pernah ngertiin gue.”
“Bahkan beberapa kali gue udah minta putus, tapi dia gak mau. Dia bilang 'Aku udah cinta sama kamu, jangan pergi.' Tapi selama ini gue ngerasa cuma gue yang berjuang buat dia. Gue.. capek.”
Suara nya makin melirih di akhir kata. Tangan Ten terulur untuk mengelus pundak gadis itu yang sedikit gemetar.
“Gue udah sabar ngadepin sikap dia yang begitu, tapi dia sama sekali gak pernah nunjukin bahwa dia juga bisa mengalah demi gue. Selalu gue yang salah, selalu gue yang ngalah, seakan semuanya cuma ada mau nya dia.”
Pundak nya semakin bergetar, Ten sendiri semakin bingung harus bagaimana.
Ten berdeham, “Em Ta, maaf gue—”
“Gak apa-apa Ten, gak usah khawatir gue baik-baik aja—”
“Setelah kondisi lo yang kaya gini, lo masih mau bilang kalo lo baik-baik aja?” Ten menyela dengan suara tenang nya.
Rita terdiam sambil merenung kalimat Ten yang akan ia sampaikan.
“Lo punya hak atas hubungan lo Ta. Jangan diem aja, kalo emang lo udah capek.”
“Yang nama nya hubungan ya harus saling melengkapi, berjuang bersama, dan melewati setiap masalah bersama. Kalo kaya gini, berarti hubungan lo udah gak sehat.” jelas Ten, terlihat ahli urusan Hati yang sudah profesional.
Rita masih termangu mendengar penuturan Ten, Apa benar hubungan nya dan Dirga memang sudah tak sehat? sangat sulit untuk berpikir di bawah situasi keruh seperti ini.
“Gue harus gimana?”
Ten tersenyum tipis, “Jalani selagi lo bisa. Putus atau lanjut, semua itu ada di tangan lo.”
'°'
Dirga Wisesa🔆
|Rita, aku minta maaf.
Rita termenung, menatap sendu pesan dari Dirga tanpa niat membalas nya. Kata-kata nasehat dari Ten masih terngiang di benak nya. Memikirkan semua tentang dirinya, Dirga, dan juga hubungan mereka.
Aku gak apa-apa|
|Jangan bohon Ta, aku tau kamu lagi kepikiran. Maafin aku.
Rita memegangi kepala nya yang mulai terasa pening. Kenapa semua nya menjadi rumit?
Ting!
|keluar dong, aku di depan nih.
Rita melotot dan langsung berlari ke arah teras kos-kosan dan benar saja, Dirga datang dengan plastik berwarna putih bertengger di telapak kiri nya.
“Kamu ngapain malem-malem kesini? emang nya gak capek abis ngurus KKN?” tanya Rita bertubi-tubi, ia agak khawatir dengan lelaki nya.
Dirga terkekeh lalu mendekap Rita yang lebih pendek dari nya.
“Aku minta maaf.” lirih nya dalam dekapan.
Rita masib belum membalas pelukannya, ia masih kaget dengan perlakuan Dirga. Apa ini tandanya ia sudah mulai sadar?
Rita tersenyum haru lalu membalas dekapan sang kekasih, “Iya, aku.. juga minta maaf ya.” jawab Rita lalu melepas pelukan itu.
Dirga tersenyum, “Nih martabak telur spesial, buat wanita ku.” katanya menyodorkan plastik yang sedari tadi ia genggam.
Rita hampir luluh, tapi ia langsung teringat kalimat yang Ten ucapkan.
Hubungan yang tak sehat.
“Makasih Ga.”
Gimana aku mau mutusin kamu kalau kamu tiba-tiba berubah kaya gini? aku gak mau berharap, tapi keadaan seperti memaksa aku.
Ya tuhan, tolong. Aku bimbang.
€¥€
Ten Lee as Farhan AlTeno
Ngebosenin gak? hehe
-inrd.2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Kira Kau Rumah : KDY
Historia Corta(!warning! ini short story!) Untuk Dirga, Terimakasih telah singgah, walau hanya sementara. Kim Doyoung au local X OC Short Story of nct. ©inrd.2020