5

574 137 28
                                    

Selamat ulang tahun untuk Joshua (meski telat sehari) dan selamat tahun baru untuk kalian semua!

Semoga di tahun yang baru, kita semua akan mendapat kemudahan dan semangat baru untuk mencapai tujuan-tujuan kita. Dan yang paling penting, kita semua diberi kesehatan. Semangat semua!!! Aku sayang kalian❤️❤️❤️


Happy reading!^^



~°~°~




Entah perasaanku saja atau cuaca memang mendadak jadi buruk. Dunia darah murni adalah dunia yang sangat indah dan hangat dengan cuaca yang stabil. Tapi kali ini aku merasa awan sedikit kelabu, angin bertiup lebih kencang dari biasanya.

Aku mau tak mau menatap Mark yang duduk di depanku. Lelaki itu memakai kaus putih yang dicoret-coret cat semprot warna terang dan dibalut jaket kulit hitam. Celana jeans hitam robek-robek dengan rantai di bagian saku dan sepatu boots hitam melengkapi tampilannya.

Mark sama sekali tak memperhatikanku. Ia sibuk memainkan rantai di celananya. Memutar-mutar benda itu sambil mengunyah permen karet.

Benarkah lelaki ini keturunan Akash?

Dia teramat mengintimidasi. Penampilannya lebih masuk akal apabila dia anak Almer—seram, seperti preman sekolah. Namun aku belum pernah bertemu Akash dan tampilan anak-anak Almer—Jun dan Paman Wonwoo—sangat berkelas.

Oke, Joshua, berhenti menilainya dari penampilan saja.

"Jadi," aku membuka suara, "apa yang membawamu ke mansionku?"

Mark mendongakkan kepala. Permen karet yang ditiupnya meletus ketika kami bertatapan, membuatku berjengit.

Mark menyeringai, tetapi tak mengomentariku. "Tidak ada. Aku hanya bosan di dunia manusia, jadi datang ke sini. Karena aku hanya tahu kau, ya sudah kudatangi saja kau."

"Kita tidak pernah bertemu," sahutku tegas. Namun karena gugup suaraku malah kedengaran seperti tengah tercekik. "Bagaimana bisa kau mengetahui tentangku?"

Mark menopangkan tangannya di atas meja dan mencondongkan tubuh. "Aku sudah bilang kita berbagi ramalan dan mimpi."

"Seorang pahlawan telah lahir melawan takdir," kuulang ramalan itu, "seorang ... bukan dua orang."

Mark menarik satu sudut bibirnya. "Kau takut aku yang jadi pahlawan? Aku juga melawan takdir, loh. Harusnya aku tidak hidup." Ia meniup permen karet sampai pecah kemudian kembali bersandar di kursi.

Kepercayaan dirinya membuat telingaku panas. Kuharap aku bisa menunjukkan wajah menyebalkan seperti itu juga, tapi aku sangsi bisa membuat ekspresi selain tolol dan konyol.

"Pahlawan itu cuma gelar. Aku tak peduli dengan omong kosong macam itu. Pahlawan atau bukan, aku akan menghadapi ramalan itu dengan seluruh kemampuanku."

Baru kali ini aku merasa kesal bukan main pada seseorang. Biasanya aku tak ambil pusing dan diam saja, tapi kali ini aku tidak mau tutup mulut.

Wow ... aku baru tahu bisa bicara sekasar itu pada orang baru.

"Aku tak punya minat membahas itu," ucapnya sambil mengedikkan bahu. Tangannya kembali memainkan rantai di sakunya. "Yang jelas hasil akhirnya tergantung kita berdua. Aku bertanya-tanya ...."

Birth of The New Hero (The Broken Prophecy) [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang