Bobby menutup pintu kamarnya hingga menimbulkan suara bedebam kencang yang mampu mengagetkan seisi rumah. Walau kenyataannya sejauh mata memandang sepertinya memang hanya ada dia seorang saja.
Badmood-nya itu sudah dari tadi malam. Padahal hari ini ulang tahunnya.
Ia menghela napasnya berat.
June tidak mengucapkan apapun saat ulang tahunnya adalah bukan kali pertama. Karena laki-laki menggemaskan itu seperti tidak memiliki kewajiban untuk mengucap secuil saja kalimat untuknya.
Dari dulu.
Namun tetap saja ia kesal.
Tubuhnya masih berdiri di dekat pintu hingga akhirnya berbalik dan keluar dari kamarnya. Ia melangkah ke arah kamar June yang berada di sudut apartemen, dan membuka pintu ruangan persegi itu dengan perlahan.
June sedang pulang ke rumah orang tuanya. Jadi tidak heran kalau kamar itu tidak ada si pemilik. Teman-temannya yang lain pun memiliki jadwalnya sendiri.
Bobby merebahkan tubuhnya lurus-lurus. Memeluk guling yang ada disitu. Mengendusi aroma June yang menjadi favoritnya. Percuma. Karena ternyata seprai berwarna biru gelap itu seperti baru saja diganti sebelum laki-laki itu memutuskan pulang.
Bobby memilih menutup matanya saja. Ternyata ia cukup mengantuk hanya untuk sekedar kembali ke kamarnya.
*
*
*June bingung mendapati Bobby yang sangat terlelap di atas tempat tidurnya. Tidak terganggu sama sekali dengan suara-suara yang ia buat.
Bahkan June sudah sempat membersihkan tubuhnya yang penuh peluh dari luar.Ia tidak jadi pulang hari ini. Mengingat Bobby sedang berulang tahun. Maka dari itu ia menunggu Bobby pulang dari jadwalnya sambil berlari pelan mengitari taman hingga lupa waktu.
Ia sudah menyiapkan hadiah dan kue tart ala kadarnya. Tidak banyak. Hitung-hitung menebus kesalahannya yang belum mengucapkan apapun sejak tadi malam.
Karena— ya karena tentu saja ia malu. Penggemarnya akan sangat heboh melihatnya menyelamati laki-laki itu.
Sudah selesai mengenakan baju ia beranjak ke dapur, membuat apa saja yang bisa mengganjal perutnya yang mulai keroncongan. Dan berakhir membuat sandwich sederhana yang hanya dilengkapi telur, ia baru ingat kalau masih memiliki beberapa lembar roti tawar gandum. Tanpa waktu lama ia lalu menandaskan makanannya.
June sedang mencuci beberapa piring dan peralatan makan yang lain sebelum akhirnya menyadari sesuatu yang menghimpit tubuhnya ke pinggiran wastafel.
"Babe," Bobby, dengan suara serak, khas bangun tidurnya langsung mendominasi sekujur tubuh June yang meremang. Apalagi ditambah Bobby sedikit menggesekkan miliknya yang sedang menegang alami karena baru saja bangun tidur di bokong June yang hanya tertutupi celana pendek training berbahan tipis.
"Jangan gitu, nanti ada orang yang liat," kata June pelan.
June masih berusaha berkonsentrasi menyelesaikan pekerjaannya sebelum akhirnya dirasakannya lagi Bobby mengecupi lehernya, terpaan hembusan napas Bobby yang terasa berat kembali membuatnya bereaksi.
"Aahhh," satu desahan lolos dari bibirnya. Membuat Bobby semakin bersemangat mengerjainya dari belakang.
"My baby," Bobby menelusupkan kedua tangannya kedalam kaos tipis June, telunjuk dan ibu jarinya memilin lembut kedua gundukan kecil di permukaan dadanya, kembali membuat June melenguh, menyebut nama Bobby disela-sela tarikan napasnya yang menahan hasrat.
"Bob—"
Bobby lebih memilih menulikan telinganya, ia menolak memberikan laki-laki itu kesempatan. Hatinya masih sangat kesal karena dibiarkan berharap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Story About 💜💙 - Oneshoot
FanfictionTerinspirasi dari kejadian disekeliling mereka, tentu dibumbui dengan imajinasi Author sendiri. Disclaimer: 🔞 BXB Yaoi Boyslove Fluff A lil bit harsh words Yang enggak suka, jangan dibaca ya.