Tiga hari setelah kejadian Jaemin pingsan, sekarang si kecil malah terserang demam. Membuat semuanya panik karena si kecil yang tidak kunjung berhenti menangis. Ngomong-ngomong, Jaemin belum dibawa ke psikiater karena mereka yang masih sibuk, belum sampai dibawa ke kota lagi, Jaeminnya sudah terserang demam.
Saat ini si kecil ada dalam gendongan Jungwoo, plester penurun demam terpasang di keningnya. Jungwoo menyenandungkan lagu secara random, hanya untuk sekedar menenangkan si kecil yang sejak tadi terus terisak.
"Hic hic hyung"
"Hmm?" Jungwoo merespon sembari menepuk-nepuk pelan punggung kecil Jaemin.
"Kepala Nana pucing hyung" Jungwoo membenahi gendongannya dan berjalan ke arah kamar si kecil.
"Kalau begitu berhenti menangis ya? Jaemin istirahat sekarang, ne? Jangan menangis lagi, hyung di sini menemani Nana" ujar Jungwoo. Jaemin menurut saat dibaringkan di kasur.
"Hyung tidul dengan Nana ya? Cini cini" Jungwoo menggeleng.
"Tidak, hyung akan duduk di sini, tenang saja hyung tak akan kemana-mana, Nana bisa genggam tangan hyung" jemari kecil Jaemin pun menggenggam jemari besar Jungwoo.
"Janji ya hyung?"
"Iya sayang~" dan setelahnya Jaemin menutup matanya. Jungwoo mengusap kepala Jaemin dengan lembut.
CKLEK
"Hyung" panggil Chenle pelan.
"Ne?" tanya Jungwoo.
"Apa ada yang dibutuhkan?" tanya Chenle.
"Tolong ambilkan plester penurun demam lagi ya? Sama selimut tipis, selimut Jaemin terlalu tebal" Chenle mengangguk dan pergi dari sana, tak lama si pemuda Zhong kembali dengan salah satu hyung mereka, Yuta.
"Bagaimana keadaannya Jungwoo?" Jungwoo melepas sebentar genggaman tangan Jaemin dan mengganti plester penurun demamnya.
"Demam yang ia derita setidaknya sudah turun" Yuta membantu Jungwoo mengganti pakaian Jaemin yang basah oleh keringat dengan piyama baru, tentu saja setelah Yuta selesai membasuh tubuh kecil Jaemin dengan handuk yang sudah ia celupkan ke air hangat, tadi dia masuk membawanya sendiri.
Chenle hanya diam dibalik tubuh Jungwoo, dia melihat hyung kecilnya yang terlihat lemas. Tiga hari berlalu semenjak Jaemin pingsan, dan si kecil tidak seceria biasanya, sekarang malah terserang demam. Chenle tidak pernah melihat Jaemin dewasa sakit karena memang Jaemin dewasa sangat pintar menyembunyikannya, jika Jeno atau Renjun atau Haechan tidak menyadari itu, pasti Jaemin akan tetap bungkam kalau dia tengah sakit.
"Selesai, hyung bisa kan bawa ini ke tempat cuci?" tanya Jungwoo yang diangguki Yuta.
"Chenle-ya, bawakan baskomnya ya? Lalu dicuci, hyung mau cuci baju, sprei, dan selimut Jaemin dulul" ujar Yuta, Chenle mengangguk.
"Ne hyung" dan keduanya pun pergi dari kamar Jaemin. Jungwoo kembali membiarkan jemarinya digenggam oleh si kecil.
"Cepat sembuh ya Nana sayang, kami rindu tawamu" bisik Jungwoo.
.
.
Doyoung sebelum berangkat syuting sudah membuatkan bubur untuk Jaemin, karena Taeyong bersama Taeil dan Johnny harus pergi ke perusahaan melaporkan keadaan Jaemin pada mereka.
"Kun, nanti jangan lupa oke? Hangatkan buburnya kalau Jaemin sudah bangun, obat dari uisa juga sudah aku letakkan di dekat buburnya." Kun mengangguk.
"Sana pergi kerja!" Doyoung mendengus sebelum akhirnya pergi bersama manager.
"Kun" panggil Ten, dia menoleh dan menemukan sahabat ribut selinenya itu tengah berdiri dan menatapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[NCT/BROMANCE] Our Baby Na
FanfictionKepanikan melanda ke-22 member NCT saat mereka menemukan Na Jaemin, berubah menjadi bocah berusia tiga tahun selepas menegak minum yang diberikan oleh manager mereka, yang entah di dapat darimana. Bagaimana kisah mereka bersama baby Na hingga penawa...