one

163 23 2
                                    

Denganmu senang hati terasa. Bangun dari mimpi kutahu aku tak sendiri,

Matahari pun serasa lebih cerah. Dengan kecup manismu 'ku mulai melangkah


"Pak, masih lama gak ya?"

Yuna bertanya cemas setelah menilik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Di hadapannya, seorang pengemudi ojek online sibuk membenarkan pentil ban motornya. Mereka sudah berdiri di pinggir jalan lebih dari sepuluh menit. Yuna menanti dengan hati gondok karena tidak bisa melanjutkan perjalanan ke sekolah yang masih satu kilo jauhnya. Belum lagi setelah menghitung sisa waktu sebelum bel masuk, 10 menit!

Ia berdecak pelan apalagi mendengar klakson mobil yang bertubi-tubi, tak ingin lampu hijau cepat berganti dan membuat mereka kembali terjebak. Membuat dada Yuna berdebar makin tak tenang.

Yuna gusar bukan main. Ia sudah membayangkan ia terkunci di luar pagar sementara teman-temannya yang lain sudah berbaris rapih di lapangan.

Andai saja Kai bisa dihubungi. Pasti dia dan tetangga yang merangkap sebagai teman sekelasnya itu sudah berada di kantin menikmati sarapan nasi kuning di kantin. Seperti yang biasa mereka lakukan setiap harinya.

Rutinitas mereka berangkat bersama tak terjadi hari ini. Yuna jadi terpaksa harus naik ojek online.

"Neng, kayaknye ini motor kagak bisa dipake dah," sang pengemudi ojek online dengan logat Betawi kental itu menunjuk sesuatu di ban. Yuna pun sedikit berjongkok, ikut melihat apa atensi pria setengah baya itu, "kena paku banyak banget! Lihat dah Neng, banyak kan ye."

Yuna lagi-lagi berdecak lebih keras. Keningnya berkerut tidak suka melihat karet ban yang seperti meleleh, menempel ke aspal. Samar dia bisa melihat paku-paku yang menancap di ban.

Ah, modus sialan ini! Kenapa orang masih iseng sih?!

"Gini aja deh Neng. Neng lanjutin jalannya sama temen saya. Bayarnye sama temen saya aja," ucap si pengemudi itu, tak enak hati apalagi begitu melihat wajah runyam Yuna, "udah telat ya, Neng?"

"Boleh deh, Pak. Panggil temen Bapak aja," Yuna berucap cepat, mengabaikan kata telat yang membuat tubuhnya langsung panas dingin.

"Bentar ya Neng," si pengemudi pun langsung mengeluarkan ponsel dari jaketnya.

"CITRA YUNA!"

Seruan familiar itu sontak membuat Yuna langsung mendongak. Matanya berbinar begitu melihat sosok Kai yang berhenti di belakang motor ojek online. Perassaan lega mengalir begitu saja ketika melihat pahlawan kesiangannya itu.

Wajah kecil Kai dilindungi oleh helm hitam, sejumput rambutnya terlihat di sudut helmnya. Kulit putihnya bak memantulkan sinar terang apalagi dengan seragam putih yang dikenakannya.

"Pak, saya sama temen saya aja," si pengemudi ojek online hanya mengangguk-angguk, bergantian memperhatikan dua orang siswa di depannya, "ini pak saya bayar aja."

"Makasih, Neng!"

"Lo kenapa masih di situ deh?" tanya Kai sedikit keras ketika Yuna sudah di sebelahnya. Suara klakson mobil yang bertubi memaksa pita suaranya untuk bekerja lebih keras.

"Kempes! Udah cabut buruan! Telat nanti!" Yuna duduk di belakang Kai dan berharap bel masuk belum berbunyi.

Bagi Yuna, Kai bukan hanya sekedar pahlawan kesiangan. Pemuda itu memang pahlawan bahkan untuk hatinya yang tak pernah merasakan cinta.

𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳 • 𝘬𝘢𝘪 - 𝘺𝘶𝘯𝘢✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang