seven

60 13 1
                                    

Ayo ingat kata-katamu
Selamanya...

.

Ibu
Gak ada nak, si Putih dicariin gak ketemu juga
Apa kabur ya?

Kai
ga mungkin bu
semalem kai udah slot kok kandangnya

Kai memasukkan ponselnya asal ke dalam kantong celana seragam. Rasa khawatir membubuh tiap langkah yang dibuatnya menuju kelas.

Si Putih, kelinci kesayangannya, hilang begitu saja. Kelabakan seisi rumah mencari keberadaan si Putih yang mungkin bersembunyi di antara tanaman ibunya. Namun satu jam mencari, si Putih tak juga ditemukan. Pencarian itu dihentikan, Kai harus segera berangkat sekolah sambil membawa kegalauan akan nasib si Putih.

Si Putih tidak mungkin pergi begitu saja bukan?

Kai sudah mengunci kandang, memberinya makanan agar tidak kelaparan tengah malam, dan mengucap selamat malam sebelum dia pergi tidur. Buat apa si Putih meninggalkannya yang mengasuhnya dan memberikan kasih sayang yang tidak didapatkan dari pemilik lamanya.

Begitu dia berbelok, gerombolan anak kelasnya berdiri di lorong depan kelas. Tidak semuanya sih, tapi nyaris setengahnya. Ada yang berdiri di depan balkon dan ada pula yang duduk lesehan di lantai. Sebuah keadaan yang jarang terjadi. Pasalnya kelas mereka yang punya pendingin ruangan paling dingin seantero sekolah, membuat anak kelas memilih berada di dalam kelas daripada di luar yang anginnya berhembus kering.

"Pid, kok di luar?" tanya Kai kepada salah satu teman bertubuh bongsor yang duduk di paling ujung deretan gerombolan itu.

Kehadirannya membuat gerombolan itu menoleh padanya sesaat dan kembali sibuk dengan kesibukannya masing-masing.

"Lo lupa bawa pulang bekel apa gimana?" Hafid, teman yang dihampiri Kai, langsung menuntun masuk ke dalam kelas, "loker meja lo bau banget. Anak-anak jadi ogah masuk."

Aroma busuk yang menusuk membuat Kai menahan langkahnya di ambang pintu. Ia melangkah mundur dan terbatuk, tak bisa mentolelir bau anyir dan sampah menjadi satu. Hafid yang sudah siap menutup hidungnya dengan kerah seragam kembali menarik paksa Kai.

Kai heran. Selama ini dia tidak pernah meninggalkan makanan apapun di lokernya. Dia hanya menyimpan buku-buku pelajaran tebal di dalamnya karena terlalu repot kalau di bawa pulang.

Lagipula kalau ia memang lupa membuang makanan di loker, baunya tidak akan amis sampai mengocok perut.

Ia pun melakukan hal yang sama dengan Hafid. Menutup hidungnya dengan ujung seragam dan menahan napas.

Hanya ada satu orang yang duduk di kursi paling depan yang berhadapan langsung dengan meja guru di pojok ruangan. Perempuan berambut hitam legam itu melipat tangannya di atas meja dan menyandarkan kepalanya di sana.

𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳 • 𝘬𝘢𝘪 - 𝘺𝘶𝘯𝘢✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang