three

70 12 0
                                    

Kau buatku tergila-gila, tunduk hati aku setia. Selayaknya sihir kau buatku terjatuh



Yuna jatuh terlalu dalam pada pesona Kai. Selama itu ada sangkut pautnya dengan Kai, Yuna akan merelakan apapun. Termasuk waktunya.

Waktu yang seharusnya bisa ia gunakan untuk belajar ulangan malah dia gunakan untuk menonton Kai dari lorong.

Tidak apa. Demi waktu bersamanya dengan Kai setelah ini, dia rela. Lagipula melihat gerakan Kai yang super kaku membuatnya cukup terhibur.

Jam sudah menunjukkan pukul empat ketika Kai menghampiri dengan simbahan keringat. Dia mendudukkan dirinya di lantai bersama Yuna.

"Nih, gue beliin," Yuna menyodorkan sebotol minuman ion yang dingin.

"Makasih," Kai langsung meneguknya habis, "gila, gue gak tau jadi anak paskib berat banget ya."

"Siapa bilang ga berat? Latihan aja disuruh push-up mulu."

Kai tertawa terlebih melihat cara bicara Yuna yang menggerutu. Salah dia mengeluh pada anak mantan anggota paskib.

"By the way, ini gue ganti baju dulu ya? Ga betah."

Yuna mengangguk, mempersilahkan Kai untuk meninggalkannya untuk yang kedua kali. Ah, sebentar lagi waktu yang dia tunggu-tunggu akan datang!

Tak berselang lama, Kai kembali dengan atasan kaos hitam, sementara celananya masih celana seragam.

Keduanya pun langsung menuju tempat parkir dan segera berangkat menuju tujuan. Takut nanti pulang terlalu larut.

Kai menghentikan motornya saat lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Di kedua sisi pinggang, Yuna menggenggam kaosnya.

"Gue tau tempat abang-abang cilor yang enak. Ada di daerah pasar burung. Sekalian mau beli makanan buat kelinci gue," ucap Kai sedikit keras.

Yuna mencondongkan  tubuhnya ke depan, berusaha menangkap lebih jelas ucapan Kai. Karena kendaraan di sekitarnya cukup berisik dengan bunyi mesin dan klakson. Belum lagi helmnya mampu mengurangi kemampuan mendengar Yuna.

"Kelinci lo masih idup?"

"Yah, ngeremehin sih lo dulu. Gue bakal ngerawat itu kelinci sampe gede, sampe beranak! Kesayangan banget lah."

Yuna mengetuk helm Kai, "Bukannya ngeremehin. Kemaren cupang aja dua hari lo pelihara malah mati!"

"Liat aja! Sampe dia beranak, lo jajanin gue!"

"Terserah," kata Yuna, memutar bola matanya. Keheningan tiba-tiba hadir di antara keduanya. Atensi Yuna teralihkan ke arah angka yang terus bergerak turun di samping lampu lalu lintas.

Apakah kebersamaannya dan Kai juga punya durasi waktu seperti itu?

Sudah berapa dekat mereka ke angka 0?

Apakah kebersamaan ini adalah kebahagiaan semu?

Karena nyatanya Yuna hanya akan terus terjebak dalam friendzone. Kai tidak pernah menganggapnya lebih dari itu.

"Kai, lo gak bakal ninggalin gue kan?"

"Lo mau gue tinggalin sama abang-abang cilor?"

Yuna menoyor helm di hadapannya, kesal karena Kai malah bercanda padahal sebetulnya dia bertanya sepenuh hati.

"Seriusan, Kai!"

"Apa sih? Apa, Citra Yuna? Ninggalin lo gimana?"

"Maksud gue ...kita bakal tetep kayak gini kan? Lo gak bakal ninggalin gue sendirian."

"Ngomong apa sih lo, Yun. Gue ga punya alesan buat ninggalin lo. Santai deh, lo gak bakal sendirian. Ada gue. Ada Bang Khairul di sini."

"Anjir merinding gue," kata Yuna sambil tertawa. Setidaknya hatinya jauh lebih tenang.







Kai, gue pegang omongan lo. Lo gak bakal ninggalin gue sendirian.

𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳 • 𝘬𝘢𝘪 - 𝘺𝘶𝘯𝘢✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang