[Part 6]-Kepergian Genta.

18 2 4
                                    

Happy reading 💕

Monitor yang terpajang di samping Genta,membuat suasana semakin senyap dan sendu. Detakan jantung yang masih terdengar,begitu pun desiran napas nya.

"Dek,ayo bangun."

Misha berusaha membangunkan nya perlahan. Tak ada perubahan,masih dengan tubuh yang terbaring lemas tak berdaya.

"Nak,ayo bangun."

Fihra ingin sekali bercanda ria dengan putra kesayangan nya. Merencanakan tinggal di Berlin bersama. Namun,semesta berkata lain.

"Ibu keluar dulu,kamu di sini jangan kemana mana," pinta Fihra pada Misha. Misha manggut manggut, dan kembali memandangi wajah adik nya.

"Oh iya. Aku ingin kamu bangun,Melitha membutuhkan kabar mu," bujuk Misha perlahan dengan membawa bawa nama dalam surat itu.

Kedua kelopak mata nya terbuka pelan,di susul jari jari tangan nya yang mendadak bergerak pelan. Misha di buat kaget dengan keajaiban ini.

"Dek. Kamu bangun, Alhamdulillah," syukur Misha sembari menangis bahagia.

"Kak,"

"Sutttttt kamu jangan ngomong dulu," tahan Misha.

Genta menuruti ucapan kakak nya. Ia mendehak seperti ada yang mengganjal di tenggorokan nya.

"Kak,ibu dan ayah kemana?,"

"Ada di luar."

Genta mulai sadar,tapi belum di pastikan ia akan pulang kapan?melihat kondisi nya terlebih dahulu. Misha meninggalkan Genta sendirian di ruang sunyi ini setelah sadar. Ia berjalan keluar untuk menyusul kedua orang tua nya.

"Bu,pa."

Mereka menoleh,Fihra sudah terlihat pasrah setelah melihat kondisi terakhir sang putra.

"Genta sadar !," Sorak bahagia Misha yang memberi tau kabar bahagia ini.

"Alhamdulillah,"

Fihra memeluk Misha cepat. Ia menangis bahagia,secepat mungkin ia berjalan kembali ke ruang ICU. Bagi nya,ini hal paling bahagia karena setelah berjuang melawan koma ia bisa sadar juga akhirnya.

"Nak?," Panggil Fihra memasuki ruang ICU.

"Nak?,"

Tak ada sautan,Genta sudah kembali menutup mata nya. Mereka kira,Genta sedang tertidur pulas.
~

lusa kemudian.


"Genta. Sayang,ayo bangun,"

Sudah 2 hari mereka menunggu Genta terbangun dari tidur nya. Tetap tak ada jawaban,sampai sang dokter datang untuk memeriksa kondisi nya.

"Dok. Apakah putra ku baik baik saja?," Cemas Fihra.

Dokter menyuruh nya untuk tenang dulu. Stetoskop pun di kerahkan nya. Sang dokter pun terkejut dengan kondisi nya setelah di periksa. Detak jantung nya menghilang,layar monitor pun menunjukkan garis panjang.

Semakin di lepas,semakin ikhlas [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang