Happy reading 💕
Isakan nya semakin terdengar,tangisan nya semakin kuat. Wajah nya sudah benar benar memerah. Wajah nya benar benar tak karuan lagi.
Ia mulai berhalusinasi,bagai memeluk bayangan Genta. Meski hanya sebatas bayangan,ilusi semata.
"Semoga selalu sehat ta. Semoga baik baik saja di sana," bisik Genta di pelukkan Melitha.
Tangisan nya semakin menjadi. Mencoba terus memeluk Genta dengan erat tapi ia tak bisa mengelak.
Genta benar benar menghilang setelah mengatakan itu pada nya.
"Taa..taa," panik nya melihat Genta tak lagi di pelukan nya.
"Genta?,"
Sementara kedua tangan nya masih berpegangan memeluk angin yang bebas. Untung tak ada siapapun di sini. Kecuali kedua sosok orang yang tengah berdiri tak jauh dari sosok Melitha.
"Ka. Kita mau apa ke sini? Melitha akan segera terbang please jangan membuang waktu," pinta Brohmo.
Lka menangis perlahan melihat putri nya tersungkur lemah tak berdaya di samping makam itu.
"Bu?," Tanya Brohmo yang menyadarkan lamunan nya.
"Kita jangan pulang dulu. Coba kau tengok itu," tunjuk Lka.
Kedua pasang mata Brohmo menatap tepat Melitha yang sedang tersungkur sendu.
"Itu anak kita?."
Lka manggut manggut lirih,tak tega melihat jerit tangisan Melitha yang terdengar sampai situ.
"Ta. Saya rindu kamu,"
Dada nya sesak melihat sosok Genta yang sudah berada di bawah tanah. Dan tak akan pernah kembali. Brohmo dan Lka memberanikan diri maju lebih dekat dengan Melitha.
"Sekarang ibu tau masalah kamu," ucap Lka di balik bayangan Litha.
Litha langsung menoleh,yang terlihat jelas yaitu wajah kesedihan dari raut sang ibu. Litha langsung berdiri menghampiri kedua orang tua nya dan langsung memeluk mereka dengan erat. Menangis sejadi jadi nya, Lka membelai lembut rambut sang putri nya.
"Kenapa kamu ga cerita masalah ini sama ibu sama papa?,"
"Litha nggak mau Ibu sama papa kepikiran dan merepotkan kalian berdua,"
"Kamu tak pernah merepotkan kami nak. Kamu anak kesayangan kami," ucap Brohmo yang mencium ujung kepala Melitha.
"Sudah ya,jangan sedih Ibu bawa hadiah buat kamu,"
Lka menyerahkan amplop satu nya yang belum sempat di baca Melitha. Berisi foto foto mereka. Melitha memeluk nya dengan sangat sangat erat. Kenangan itu menjadi satu satu nya obat rindu akan kepergian Genta. Gadis cantik itu terlarut dalam pelukkan hangat kedua orang tuanya yang memberikan kekuatan besar untuk nya.
Sebelum membawa pulang Melitha,Lka sempat berbicara di hadapan makam genta.
"Nak. Siapa pun kamu,terima kasih telah membantu mendidik nya menjadi lebih dewasa. Bukan lagi Melitha yang manja dan selalu merengek jika kemauan nya tak di turuti," ucap akhir lka selepas itu pergi meninggalkan Genta sendiri dengan sekuntum mawar yang di bawa Melitha.
**
Jangan lupa meninggalkan jejak 🤹
Lanjut?yuk💃
KAMU SEDANG MEMBACA
Semakin di lepas,semakin ikhlas [ END ]
Historia CortaSiapa yang siap dengan kata kehilangan seseorang yang di sayang? Satu kalimat menohok yang sangat mewakili perasaan gadis cantik berumur 16 tahun itu. Meski di bilang usianya sudah cukup hampir di penghujung masa remaja, tapi ia menjadi satu-satunya...