Happy reading 💕
Kedua nya di kejutkan oleh panggilan yang bergetar tanpa ada nada dering. Melitha sengaja membisukan nya.
"Ibu?," Bisik nya ketika melihat layar ponsel.Tanpa berpikir panjang,ia langsung mengangkat telepon dari orang tersayang.
"Pasti ibu khawatir sekarang," duga Litha cepat. Lka pun bicara dan menanyakan dimana keberadaan putri semata wayang nya.
"Hallo nak. Kamu dimana?ini hujan sayang. Cepat kamu ke parkiran kami menunggu di sini," terdengar suara cemas dari panggilan itu.
"Litha masih di dalam Bu,ibu sama papa pulang duluan aja. Nanti Litha bisa pesan grab kok," usul nya.
Termenung,bingung harus menginzinkan atau tidak. "Bu?,"
"Ya udah kamu hati hati yaa," ucap nya dengan nada terburu buru.
"Iya Bu siap. By," gumam Litha sebelum menutup telpon nya.
"Siapa?," Tanya Genta tanpa malu sedikit pun. Litha menunjukkan layar ponsel milik nya tepat di hadapan kedua mata Genta. Mereka pun duduk di kursi depan toilet yang berjarak 3 kursi. Setelah cukup lama,saling sibuk dan fokus pada ponsel nya masing masing. Tiba tiba,
"Yuk pulang," ajak Genta. Tak ada jawaban dari gadis berbakat itu,mulut nya selalu membungkam.
Litha berjalan di belakang bayangan Genta,ia mendadak mengumpat lantaran tak ada satu pun yang mengambil orderan dari nya.
"Duh...ya ampun. Kok ga ada yang ambil sih orderan dari saya," keluh nya. Wajah nya terlihat pasrah sembari sedikit menahan air mata yang sempat akan jatuh.
Genta menatap nya dengan iba. "Udah,ayo pulang sama saya aja,"
"Oh iya. Tapi maaf,ga ada jas hujan nya. Hehe," cengir nya di hadapan gadis itu.
"Gapapa?," Sambung Genta. Bibir Litha mengembang cepat,wajah nya di penuhi tetesan demi tetesan air hujan yang jatuh.
"Itu muka kamu basah," Genta rela menyusut air hujan di wajah perempuan yang baru di kenali nya. Apalagi dengan menggunakan telapak tangan nya sendiri.
Akhirnya,Melitha manggut mengiyakan ajakan Genta dengan wajah yang selalu tertunduk. "Okee yuk naik,"
Mereka pulang bersama,di atas motor yang sama pula. Awan benar benar gelap siang ini,gemuruh petir perlahan pun terdengar.
"Nanti,kalau mau mempersiapkan buat kuliah bilang yaa," oceh nya sembari menyetir motor Vespa kesayangan nya.
"Udah kamu fokus sama jalan nya," nasehat Melitha dengan suara yang samar samar terdengar.
Genta melihat gadis itu di balik kaca spion Vespa. Bibirnya pucat,badan serta semua bagian wajah Melitha menggigil, Dia seperti nya kedinginan,namun tetap tak mau bicara. Tanpa ada rasa malu,Genta menarik paksa kedua tangan nya dari belakang agar bersembunyi di dalam kantung Hoodie yang di kenakan Genta agar lebih hangat. Melitha menolak nya,ia tetap menyembunyikan kedua lengan nya yang sudah pucat di tengah tengah jarak mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semakin di lepas,semakin ikhlas [ END ]
Historia CortaSiapa yang siap dengan kata kehilangan seseorang yang di sayang? Satu kalimat menohok yang sangat mewakili perasaan gadis cantik berumur 16 tahun itu. Meski di bilang usianya sudah cukup hampir di penghujung masa remaja, tapi ia menjadi satu-satunya...