• Isyarat

8 4 0
                                    

Penulis : Sendi Johanaes
Akun Wattpad : sen_sen77

⚡⚡⚡

Di sisi langit barat, terlihat awan hitam menggantung berkerumun. Matahari yang tadi siang menyeringai panas, sore ini seakan bersembunyi di balik awan hitam pekat. Seakan alam memberi kabar akan datangnya hujan. Aku mulai menaikan laju motor N-Max kesayanganku untuk bergegas pulang secepatnya. Embusan angin kian lama bertambah kencang, dibarengi datangnya rintik air yang mulai turun membasahi bumi.

Mataku jeli melihat ke arah kanan dan kiri jalanan, mencari tempat untuk berteduh. Pada akhirnya, mata ini tertuju pada sebuah bangunan ruko dengan tulisan 'disewakan' menempel di dindingnya. Kuparkirkan motor di depan ruko itu, kemudian melepas helm dan menanggalkannya di spion.
Memang setiap Bulan Desember hujan semakin sering datang, sudah tiga hari ini hujan terus saja turun.

Aku melihat ada kursi panjang di depan toko. Langsung saja, aku duduk dengan nyaman, sembari melihat rintik-rintik air hujan yang terlihat kian lama bertambah banyak memenuhi saluran irigasi. Senin ini, tanggal 6 Desember 2020 adalah hari pertamaku bekerja sebagai staff administrasi di salah satu kantor yang tak jauh dari ruko ini. Hari ini begitu melelahkan, aku sangat menikmati duduk di kursi ini sambari menatap hujan dan menenangkan pikiran.

Tak lama, kulihat ada seorang gadis berjalan dengan cepat menuju tempatku berteduh. Aku pernah melihat gadis itu sebelumnya, di toko bunga yang tak jauh dari kantor tempatku bekerja. Gadis ini kemudian hanya berdiri dan berteduh di area parkir, sembari menatap hujan. Mungkin dia pegawai di toko bunga itu dan baru saja mengantarkan pesanan bunga ke pelanggannya.

Bugh!

Kulihat dompet gadis itu tiba-tiba terjatuh dari kantong baju sweaternya, saat dia bersandar pada sebuah tiang. Aku coba memberitahunya, karena mungkin dia tidak menyadarinya.

"Mbak ..., permisi, itu dompetnya jatuh," kataku dengan nada suara yang ramah. Tapi, entah kenapa gadis ini seperti tidak mendengar suaraku, dia hanya diam tanpa respon apapun.

"Mbak ..., maaf, itu dompetnya jatuh loh," tuturku sekali lagi dengan sedikit keras.

Karena memang masih tidak ada respon, aku pun berdiri dan mengampiri gadis ini. Aku sedikit menepuk pundak kanannya dengan ramah, sambil berkata, "Mbak ..., permisi, itu dompetnya jatuh."

Tiba-tiba dia menjingkrak seperti terkaget, kemudian menoleh ke arahku dengan cepat. aku memberitahunya lagi, "Mbak ..., itu dompet mbaknya jatuh." Sambil tanganku beberapa kali menunjuk ke lantai.

Dia langsung melihat ke arah bawah, matanya langsung tertuju ke dompet itu. Tak berlama-lama diambilah dompetnya. Aku pun langsung kembali ke tempat dudukku, tak lama dia menghampiriku. Aku lihat dia sedikit mengangkat ke depan tangannya dan menggerakan jari-jemarinya seperti menggunakan bahasa isyarat.

Dalam batinku, Oh, ternyata gadis ini tuna rungu, pantas saja dia tidak dengar suaraku tadi.

Aku pikir gadis ini berusaha mengucapkan kata 'terima kasih' dengan bahasa isyarat. Aku sama sekali tidak paham apa yang dia maksud. Aku pun menggelengkan kepalaku sebagai isyarat ketidakpahaman. Tak lama, dia pun mengambil buku catatan kecil dari kantong sweaternya dan langsung menulis sesuatu, dia menunjukkan sebuah tulisannya padaku. Benar saja, dia menuliskan ucapan terima kasih. Aku pun membalasnya dengan anggukan kepala, karena memang itu bentuk respon dan isyarat untuk 'sama-sama'.

Setelah itu, aku memberikan isyarat dengan bahasa tubuh, mengajaknya untuk duduk di kursi ini sembari menunggu hujan reda. Sepertinya dia langsung paham apa yang kumaksudkan. Dia pun duduk sembari memasukan dompet yang jatuh tadi ke kantong baju sweaternya.

Kumpulan Cerpen (Part 1) : Akhir TahunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang