Lalat dan Politisi

38 0 0
                                    

Ada hal yang selalu diingkari entah karena sengaja atau karena ketidakberdayaan, sebagai warga negara humanisme selalu ingin hidup dalam kehidupan sosial masyarakat tak perlu karena alasan agama, suku, bangsa, warna kulit, panjang hidung, teman se ideologi, alasan familisme, atau apapun itu cukup karena alasan kemanusiaan, tapi kita melihat realitas memang tak pernah se ideal dalam standard pikiran atau argumentasi "seharusnya".

pengingkaran selalu terjadi dengan berbagai macam alasan sebagai lawyer nya, politisi mengingkari sumpah dan janji kepada kurcaci dan demagogi sebagai alat pe yakin saat keduanya berucap janji, ada yang mengaum bak singa sebagai raja di hutan rimba, dan tupai lompat-lompat bertepuk tangan, binatang lainnya ikut meramaikan seolah membenarkan keresahan dan penderitaan yang mereka alami karena penindasan.

Orang-orang menyadari sebuah ingkar selalu terjadi, kaum Borjuis selalu menang dari kaum proletariat tetapi kekalahan selalu mereka nikmati meski pengkhianatan selalu berulang-ulang politisi tak pernah punya malu mengatasnamakan rakyat untuk kepentingan nya sendiri rakyat tak pernah kapok meski kasih sayang yang ditebar hanya pada saat pesta demokrasi akan digelar, seperti merayakan hari valentine day dirayakan pada musim tertentu seperti hujan yang membasahi di musim penghujan tetapi kekeringan di musim yang lain.

Rasanya kejadian ini telah terulang berkali-kali dari mulai pemilihan kekuasaan tertinggi seperti Presiden, DPR RI, atau tingkat desa sampai pada RT,   rakyat tak pernah kapok mendengar janji para perampok nya sendiri, problem kejahatan semacam ini memang tidak sepenuhnya salah pengumbar janji tapi yang percaya dan mangguk-mangguk atas janji semacam tadi punya andil besar dalam kasus kejahatan yang membudaya ini.

"Yang penting ada uang" Ucap beberapa kurcaci di warung kampung setiap pagi, hanya modal uang 20-50 ribu satu suara Demokrasi mudah saja diperoleh padahal jika kita lihat kontestasi suara terbagus binatang seperti burung, ayam ketawa, atau jenis binatang lainnya justru harga suara mereka jauh lebih tinggi daripada suara rakyat penentu pemimpin dalam pesta demokrasi ini bayangkan suara rakyat lebih murah daripada suara binatang.

Setiap ada kasus penangkapan oleh KPK banyak yang (entah kaget/Pura-pura kaget) atas penangkapan ini, stasiun TV menayangkan kasus kecil dan sedikit diantara kasus yang sesungguhnya (saya mencurigai) ada yang lebih besar daripada apa yang ditayangkan di media, lalu ramai-ramai talk show membahas kasus yang tak merubah apapun terhadap kebejatan itu, sebagian kasusnya ada yang lambat selesai kasusnya ada yang cepat, cepat ketangkap atau cepat keluar rasanya beda tipis.

Ada yang salah dengan semua praktik menyebalkan ini, ada yang memuakkan dengan sandiwara ini, seolah orang-orang menyediakan bangkai untuk tempat lalat berkumpul berebut makanan kesukaannya kemudian  menyaksikan lalat itu memakan kembali makanan yang sempat dimuntahkan nya didepan manusia lemah penikmat uang receh dari manusia jenis binatang penikmat makanan menjijikkan semacam tadi atau mungkin membuat kandang babi untuk kemudian menyaksikan kontes babi memakan kotorannya sendiri.

Tentang Apapun yang pernah tinggal, singgah, dan pergi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang