Suatu sore pada bulan ketujuh, tahun kesekian semenjak Ken Arok mengambil alih kekuasaan Kadiri dan mendirikan Kerajaan Singhasari dan memulai wangsa Rajasa, Mpu Seta Saraba menyembunyikan keris berdarah yang digunakan oleh Sang Amurwabhumi meraih kekuasaan. Sebuah keris lain yang sama persis bentuknya ditinggalkan oleh sang empu, sementara pusaka berdarah yang sesungguhnya dia titipkan kepada anak didiknya untuk dibawa ke suatu tempat nun jauh di barat bernama Sandyakala. Perjalanan menuju Sandyakala bukanlah sesuatu yang mudah. Meski demikian, Galih Kayuwangi selalu mengingat pesan sang guru, untuk tidak berbelok arah melainkan terus menuju barat. Untuk tidak beristirahat kecuali langit telah benar-benar gelap, dan memulai kembali perjalanan ketika ayam berkokok untuk ketiga kali. Melewati banyak daerah, dari yang kering, berawa, hingga hutan belantara dilalui Galih Kayuwangi. Hingga dia tiba di suatu hutan dan bertemu seorang bocah laki-laki yang terlihat tak memiliki tata krama, yang mengakui hutan itu sebagai rumahnya. TOLONG JANGAN LAKUKAN TINDAKAN PLAGIARISME :) Kesatria Langlang, (c) Mega Yohana, 2014/2018