1. Belum Move On, ya?

334 11 6
                                    

Gue kira, cuma cewek doang yang gak bisa move on

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue kira, cuma cewek doang yang gak bisa move on. Eh, ternyata cowok juga, ya?

***

Cewek itu hanya bisa menundukkan kepalanya ke meja. Merasa lelah setelah berhadapan dengan mata kuliah yang sangat ia tak sukai. Kewarganegaraan.

Mona kira, setelah masuk Fakultas Tata Rias, ia tidak akan bertemu dengan mata pelajaran itu lagi. Namun ternyata tetap saja.

Huh. Menyebalkan.

“Santai aja kali. Ngadepin matkul yang paling lo benci itu, tetap aja lo pinter.”

Mona menatap wajah sahabatnya itu dengan wajah lesu, “Tapi, tetap aja. Gue gak suka sama pelajaran ini.”

“Tapi nilai matkul Kewarganegaraan punya lo tetap aja bagus.”

Cewek itu mengedikkan bahu, “Gak tahu, tuh. Padahal gue jarang belajar matkul itu sama sekali.”

“Ya, kan, karena lo emang pada dasarnya pinter. Gak belajar juga nilai lo tetap aja bagus. Beda sama gue, punya otak pas-pasan dan udah belajar, tetap aja nilainya jelek.”

“Jangan pesimis, dong, Nay. Meski lo gak pinter beberapa matkul, tapi lo jago banget kalo soal nge-dance. Lo juga jago nyanyi, apalagi nge-rapp. Boro-boro gue, nyanyi aja suara gue fals banget,” ujar Mona.

Kedua alis Naya seketika terangkat, “Hello, apa kabar dengan kata-kata lo yang juga pesimis?”

Cewek berambut coklat itu menyengir, “Biar sama rata. Lo pesimis, gue juga.”

“Uh, makasih Mona, Sayang. Kamu memang sahabat paling setia,” ujar Naya terharu dengan wajah mendrama. Cewek itu melihat jam tangan, “Eh, gue laper, nih. Ke kantin, yuk? Lo juga laper, kan?”

Mona mengangguk, baru menyadari, “Yuk. Gue juga laper, nih.”

Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk pergi ke kantin yang tak jauh di mana mereka belajar tadi. Beruntung sekali Mona bisa bersama Naya, karena kebetulan mereka juga sama-sama masuk di Fakultas Tata Rias.

“Kirana sama Cellin belum kelar, ya, kelasnya? Padahal waktunya istirahat, lho,” ujar Mona sembari mereka berjalan.

Naya mengangkat bahu, pertanda tak tahu, “Mungkin. Maklumin ajalah. Mereka, kan, anak FK. Orang sibuk, jadi jangan diganggu.”

“Eh, Dino!” teriak Mona seraya melambaikan tangan, yang terpanggil menoleh, lalu menghampiri Mona dan Naya. Dia adalah Dino Alexandria, teman Mona sejak SMP.

Move On, dong! [Novelet]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang