7. Sebuah Perhatian

52 5 0
                                    

Dulu, mendapatkan perhatianmu adalah sebuah kemustahilan. Dan kini, berhasil mendapatkan perhatianmu adalah sebuah keajaiban.

***

Wajah Mona yang tadinya kusut karena kelelahan, kini tampak semangat seperti sedia kala. Seperti tak ada raut lelah sedikit pun.

Setelah ia makan siang di sebuah rumah makan yang menyediakan makanan dengan harga murah di kantong, kini Mona siap untuk mengikuti kuliah sore ini. Ia memang ke sana hanya untuk mengisi perut dan beristirahat sejenak.

Dengan menaiki taksi online yang tadi ia pesan, Mona sudah sampai di kampus. Hari ini adalah jadwal mata kuliah Bahasa Inggris.

Tadinya Mona menjalaninya dengan begitu tenang, ia belajar dengan giat agar dapat nilai yang memuaskan untuk dosen. Cewek itu akan berusaha sebisa mungkin.

Namun, setelah mengikuti mata kuliah bahasa asing itu, wajah semangat dan ceria Mona sirna. Seolah menguap begitu saja. Tubuh Mona mulai terlihat lesu seperti tak berdaya.

Saat berjalan pulang keluar dari kampus, Mona berjalan dengan lesu dan kepala yang menunduk, menandakan jika cewek itu seperti kelelahan. Hingga tanpa sadar dirinya menabrak tubuh seseorang hingga ia hampir jatuh, namun berhasil ditolong oleh orang yang ditabraknya.

Mona hanya bisa memejamkan mata, ia pikir dirinya sudah jatuh dan berbaring ke lantai. Ketika dirinya tidak merasakan apa-apa, Mona membuka mata coklatnya itu.

“Dino?” tanya Mona ketika menyadari bahwa cowok itu yang menangkap dirinya agar tidak jatuh, dan cowok itu juga yang tak sengaja ditabraknya tadi.

Sedangkan Dino hanya diam dan menatap Mona lamat-lamat dan cewek itu tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh cowok di hadapannya ini. 

Tanpa berkata apa pun, Dino menyeretnya dan mereka berdua duduk di sebuah kursi panjang yang tak jauh dari tempat mereka berdiri tadi. Dino kembali menatap Mona dalam diamnya, sementara yang ditatap semakin bingung dengan tingkah cowok itu.

“Lo gak apa-apa?” tanya Dino pada akhirnya.

Belum sempat Mona menjawab, ia mulai merasakan sesuatu di hidung, dan ketika cewek itu mengusap indra penciumannya Mona mendapati sebuah cairan kental berwarna merah yang mengotori tangan. Mona dan Dino sama-sama terkejut. Cewek itu mimisan.

Dino dan Mona berdiri, ia menarik cewek itu, “Kita ke rumah sakit sekarang,” ajaknya.

Namun Mona malah menahan, ia menggeleng dengan posisi tangan menutup hidung, “Gak mau.”

Mata Dino memelotot namun tak membuat Mona mengubah keputusannya, cewek itu masih saja menggeleng, “Anter gue pulang aja.”

“Tap--”

“Gue hanya kelelahan aja, buruan.”

***

Mereka berdua sudah ada di mobil milik Dino, dengan lihai cowok itu membersihkan wajah Mona dengan tisu basah untuk menghilangkan sisa darah dari mimisan. Mona sudah tidak mimisan lagi karena mendapat pertolongan pertama dari cowok itu dengan mengompres hidungnya dengan es batu yang dibeli dari kantin kampus.

Move On, dong! [Novelet]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang